Mendag Akui Salah Prediksi, Efeknya Harga Minyak Goreng Ambyar
jpnn.com, JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengaku tidak memprediksi akan terjadi invasi Rusia terhadap Ukraina.
Pasalnya, invasi tersebut menyebabkan sejumlah harga komoditas di tanah air mengalami kenaikan, salah satunya minyak goreng.
"Kesalahan utama saya, tidak bisa memprediksi akan terjadi invasi tersebut. Ini saya sebut tadi mengundang orang berbuat serakah dan jahat, sehingga bermunculan mafia minyak goreng," kata Mendag pada rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (7/3).
Di samping itu, Eks dubes Indonesia untuk Amerika serikat memaparkan bahwa Rusia dan Ukraina adalah penghasil minyak biji bunga matahari (sunflower oil).
Dengan demikian, invasi itu menyebabkan negara beralih ke minyak sawit sehingga harga minyak loncat dari Rp 14.600 pada awal Februari 2022 menjadi Rp 18 ribu kemarin.
"Nah sekarang sudah turun sedikit, tetapi pada dasarnya naik karena memang mekanisme pasar," ungkap Mendag.
Pada rapat tersebut, Lutfi juga mengatakan telah menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) yang mencabut kebijakan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng
Oleh karena itu, Mendag memutuskan untuk mengembalikan harga minyak goreng ke mekanisme keekonomian.
Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengaku salah soal prediksi soal perang Rusia-Ukraina sehingga harga minyak goreng mahal.
- Pemerintah Beberkan Penyebab Harga MinyaKita Meroket
- Pantauan Harga Pangan Menjelang Natal & Tahun Baru
- Minyak Goreng Turun, Harga Telur Ayam Malah Naik
- Seusai Minyak Goreng, Harga Cabai Rawit hingga Bawang Merah Naik
- Harga Minyakita Tak Naik di Semua Daerah, Ah Masa?
- Mendag Klaim Harga Minyakita Bakal Turun Pekan Ini