Mendarat di Pyongyang, Jangan Coba Sembunyikan Barang Elektronik
Antrean di konter imigrasi tidak terlalu panjang. Sebab, hanya pesawat yang saya tumpangi yang landing saat itu. Pengecekan paspor dan visa berjalan lancar. Tidak ada pertanyaan dari petugas. Tidak sampai satu menit, saya sudah mendapatkan stempel di visa.
Saya lihat dua warga Amerika Serikat, Charlie McCoy Jr dan istrinya, Gloria McCoy, yang perlu waktu lebih. Tapi juga tidak lebih dari tiga menit.
Setelah mengambil bagasi, barulah para wisatawan melewati pemeriksaan yang sesungguhnya. ”Santai saja, ini biasa di Korea Utara,” kata Josh Green, tour leader dari biro travel yang membawa saya.
Ada dua formulir yang harus diisi oleh turis. Pertama, formulir tentang kesehatan. Itu biasa di semua negara. Turis harus memberitahukan apakah sedang sakit atau memiliki penyakit tertentu.
Formulir berikutnya lebih detail. Turis harus mengisikan jumlah uang dan mata uang yang dibawa. Di halaman berikutnya, turis harus menuliskan barang-barang elektronik dan buku atau majalah yang dibawa.
Ada empat pintu pemeriksaan barang. Di tiap pintu pemeriksaan, terdapat interpreter yang akan membantu petugas untuk berkomunikasi dengan turis. Saat mengantre, kami sudah diminta untuk mengeluarkan semua peralatan elektronik dan buku.
Jangan coba-coba menyembunyikan peralatan elektronik dan buku dari petugas. Kalau ketahuan, justru diri sendiri dan rombongan akan kesulitan. Lebih baik semuanya diberitahukan.
Setelah 1,5 jam mengantre, tiba giliran saya di depan mesin X-ray. Petugas yang berpakaian militer dengan ramah meminta HP dan paspor saya. Lalu, dia meminta saya untuk memperlihatkan foto-foto di HP tersebut. Pemeriksaan pertama lolos. Namun, HP belum dikembalikan kepada saya.
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408