Mendarat di Sungai, Bisa Dimakan Buaya

Mendarat di Sungai, Bisa Dimakan Buaya
SELAMAT- Lettu Erwin saat dievakuasi dari reruntuhan pesawat. Foto: Radar Tarakan/JPNN
”Jarak waktunya hanya 30 second saja setelah mesin kanan mati. Tiba-tiba power-nya drop. Kasarannya kalau mobil digas, tapi nggak nambah (kecepatannya, Red.),” kenang pria kelahiran Kudus, 10 April 1977.

Alhasil, dalam kondisi pesawat terbang tanpa mesin berfungsi, dia bersama copilot Lettu Syaiful harus membuat keputusan yang tepat. Dalam kondisi itu, kata Erwin, komunikasi dengan petugas tower Bandara Juwata juga tetap berlangsung.

Saat itu, keduanya dihadapkan pada dua pilihan. Pilihan pertama mendarat darurat di sungai, pilihan keduanya mendarat darurat. Untuk menentukan lokasi pendaratan darurat, pesawat Nomad yang dipiloti Erwin sempat berputar-putar.

”Saya muter cari pandangan untuk  landing (mendarat). Untuk memastikan tempat yang mana enak untuk landing,” terang penyuka makanan seafood itu.

LETTU (P) Erwin Wahyuwono, Pilot Nomad TNI AL yang jatuh di tambak di daerah Mentadau, Sekatak Bengara, Kabupaten Bulungan, sempat tak menyangka

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News