Menegangkan, Detik Demi Detik Kedatangan Pasukan Sekutu (1)
Salah satu kisah yang menarik perhatiannya adalah tulisan Wiwiek Hidayat, wartawan Kantor Berita Antara Surabaya. Kisah itu ditulis pada 1962. Pada awal tulisannya, Wiwiek menggambarkan situasi Surabaya 24 Oktober 1945. Tepat sehari sebelum Inggris mendaratkan pasukannya secara besar-besaran. "Saya sendiri kaget waktu tahu bahwa yang menjumpai kapal Inggris itu adalah wartawan," jelas perintis komunitas Roodebrug Soerabaia itu.
Haram hukumnya bagi wartawan kehilangan momentum. Kedatangan tentara Inggris tentu saja peristiwa yang tak boleh luput. Mereka sudah berkali-kali ke Ujung, tapi kapal musuh tak kunjung datang. Pagi itu, Wiwiek dan rekan-rekannya menunggu kedatangan tentara Inggris di Gedung Modderlust. Di gedung peninggalan Belanda tersebut, terdapat menara komunikasi antara pelabuhan dan kapal.
Tak disangka, kapal-kapal musuh ternyata sudah datang siang itu. Tepatnya pada pukul 14.00. Inilah awal mula detik-detik menegangkan bagi para pemburu berita zaman kemerdekaan. Markas Modderlust terlihat sepi. Tak ada satu pun tentara BKR Laut yang berjaga. Ada prajurit, tapi pangkatnya rendah. Mereka juga tidak paham cara berkomunikasi dengan kapal-kapal yang hendak berlabuh.
Selain Wiwiek, ada Kepala Markonis Kantor Berita Antara Hidajat, Direktur Antara Surabaya Aminoedin Loebis, mahasiswa kedokteran gigi Carnadi, dan translator Antara Mashoed.
Mereka mulai panik saat kapal perintis Inggris mengirimkan sandi morse. Untung, ada Hidajat. Dia mantan markonis (petugas komunikasi) di Marine Belanda. Dialah yang menerjemahkan sandi morse yang dikirim kapal perintis Inggris. "We are going on land (Kami akan mendarat)." Itulah kalimat pertama yang dikirim tentara Inggris.
Carnadi, mahasiswa yang ikut dalam rombongan wartawan itu, menghubungi drg Moestopo. Saat itu Moestopo-lah yang mengendalikan kekuatan militer di Surabaya. Upaya menghubungi Moestopo lewat telepon gagal.
Pasukan musuh mengirimkan sinyal berulang-ulang. Yang dikirimkan sama. We are going on land. Waiting for instruction (Kami akan mendarat. Menunggu instruksi). Meski masih menunggu instruksi,kapal-kapal mereka terus mendekat tanpa mengurangi kecepatan. Saat diteropong, kanon-kanon kapal Inggris terlihat sudah diarahkan ke daratan. Sewaktu-waktu rombongan wartawan itu bisa saja dibombardir. (*/c7/ano/bersambung)
Pasukan musuh mengirimkan sinyal berulang-ulang. Yang dikirimkan sama. We are going on land. Waiting for instruction
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Mengenal Jejak Sejarah Lagu Indonesia Raya di Hari Pahlawan
- Peringati Hari Ayah, Telkomsel Ajak Masyarakat Luangkan Waktu Telepon Orang Tua
- Pj Gubernur Kaltim: Konteks Pahlawan Tidak Akan Pernah Mati
- Dharma Pongrekun Ajak Masyarakat Jadi Pahlawan untuk Selamatkan Jakarta
- Pimpin Peringatan Hari Pahlawan, Danrem 151/Binaiya Brigjen TNI Antoninho Berikan Penghargaan Kepada Prajurit Berprestasi
- Menteri Nusron Wahid dan Wamen Ossy Beri Penghormatan kepada Para Pahlawan