Menegangkan, Detik Demi Detik Kedatangan Pasukan Sekutu (2)

Menegangkan, Detik Demi Detik Kedatangan Pasukan Sekutu (2)
Di dermaga inilah pasukan sekutu pertama kali mendarat di Surabaya. FOTO : Jawa Pos
Akhirnya, mereka meninggalkan menara perhubungan untuk mencari dr Moestopo di gedung HVA, markas Moestopo. Pakai mobil. Sementara itu, kapal Inggris sudah terlihat hendak berlabuh. Agaknya mereka curiga dengan mobil yang melintas di dermaga. Serta-merta mereka mengarahkan moncong senjata ke mobil para wartawan. 

''Lalu, di mana prajurit kita?" tulis Wiwiek Widayat dalam memoarnya. Mereka ada. Dalam jarak 1 kilometer. Namun, ketiadaan pemimpin membuat mereka mundur. Sosok dr Moestopo sangat dicari. 

Moestopo akhirnya bisa ditemui di markasnya. Dia langsung turun dari tangga hendak masuk ke mobilnya. Pedang berada di tangan kirinya, sedangkan pistol di genggaman tangan kanannya. Wiwiek berupaya memberi tahu bahwa tentara Inggris sudah mendarat. Namun, Moestopo berteriak kepadanya. "Mengapa tidak kau tembak, mata-mata!" bentaknya dengan mengarahkan pistol kepada Wiwiek.

Di dekat gerbang, Moestopo menghentikan mobilnya. Dia meminta seluruh kendaraan tidak boleh masuk atau keluar dari markas. Termasuk rombongan wartawan yang berkantor di ujung selatan Jalan Tujungan itu. Kantor yang dulu mereka tempati kini jadi Monumen Pers Perjuangan.

Tak banyak yang tahu kisah itu. Termasuk Ady yang menggeluti sejarah kemerdekaan. Karena itu, dia tidak ragu memasukkan kisah tersebut dalam buku yang dirilis Agustus lalu.

Masih banyak kisah yang tak pernah disampaikan sebelumnya. Kisah itu terdapat di banyak arsip kesaksian para veteran dan pelaku sejarah yang tertumpuk di kantor DHD45 Surabaya. Sebagian besar kondisinya rusak karena termakan usia. "Harta karun sejarah kota kita ini perlu mendapat perhatian lebih," kata pentolan Komunitas Roodebrug Soerabaia itu.

Ady sudah menyelamatkan informasi dari lembaran-lembaran kesaksian itu. Dia mengopi sebagian berkas tersebut. Prosesnya memakan waktu berbulan-bulan karena dilakukan seorang diri. Bahkan, dia harus membeli mesin scanner hingga tiga kali. Harapannya, kisah-kisah yang menjadi latar belakang peristiwa 10 November tak lekang dimakan zaman. Sebab, kisah-kisah itu menunjukkan bagaimana Surabaya, yang relatif tak punya persenjataan apa-apa, berani melawan pasukan yang baru saja menang Perang Dunia II. (*/c6/ano-HABIS)

Moestopo akhirnya bisa ditemui di markasnya. Dia langsung turun dari tangga hendak masuk ke mobilnya. Pedang berada di tangan kirinya, pistol di tangan kanan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News