Menelusuri Jejak Ibrahim, Penata Bunga yang Lenyap Bersama Ledakan Bom

Dari Hotel Mulia, Pindah ke Hilton, lalu Ritz-Carlton

Menelusuri Jejak Ibrahim, Penata Bunga yang Lenyap Bersama Ledakan Bom
Menelusuri Jejak Ibrahim, Penata Bunga yang Lenyap Bersama Ledakan Bom
 

Memasuki rumahnya yang berlantai dua, kita bisa lewat dua cara. Lewat pintu di lantai satu atau dari tangga di luar rumah yang langsung terhubung ke lantai dua.

 

Melihat kusamnya bangunan sepertinya  hunian itu sudah lama ditinggalkan. Pintu depan dan jendela, baik lantai satu maupun dua, dibiarkan terbuka. Meja, kursi, dan aneka perabot di ruang dapur telah terlapisi debu tebal. Sofa di ruang tamu pun sudah jebol. Buku-buku dan perkakas yang rusak diletakkan begitu saja di atasnya. Penulis mencoba mengamati lembar-lembar kertas dan buku itu.

 

Lantai dua, selain menjadi tempat menaruh ranjang dan kasur, juga menjadi semacam perpustakaan kecil. Dinding-dindingnya lama tidak disentuh cat. Di bagian barat terdapat coretan tangan berupa sketsa gedung bertingkat (tower Ritz-Carlton?) dan gambar kartun bertulisan "Mati Bebi?. Ada rak buku lima tingkat dengan buku-buku berserakan. "Dulu bukunya banyak. Tapi, karena sudah lama ditinggal, diambil orang-orang untuk dijual," ujar salah seorang warga.

 

Di rumah itu, Ibrahim tinggal sejak usia SMP. Rumah itu memang dibeli Ahmad Rodhin Dja?far sekitar 20 tahun lalu. Rumah tersebut kemudian ditempati lima orang. Yakni, Rodhin dan istri plus tiga anaknya: Ibrohim Muharram, Muhammad Syukri, dan Mualif Suni. "Mereka sebenarnya punya lima anak,  tapi yang ikut di sini cuma tiga. Ibrahim di sini biasa dipanggil Aam. Namanya kan Ibrahim Muharram. Panggilnya Aam," kata Ketua RT 3, RW 7, Tubagus Rudi

 Setelah bom di Ritz-Carlton dan JW Marriott meledak Jumat lalu (17/7), Ibrahim, perawat dan tukang tata bunga,  seperti lenyap bersama

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News