Menelusuri Jejak Ibrahim, Penata Bunga yang Lenyap Bersama Ledakan Bom
Dari Hotel Mulia, Pindah ke Hilton, lalu Ritz-Carlton
Sabtu, 25 Juli 2009 – 11:30 WIB
Mengenai Ibrohim, setelah lulus STM belum diketahui aktivitasnya. Yang jelas, pada 2002, dia menjadi florist di Hotel Mulia. Itu terlihat dari tumpukan daftar gaji Ibrahim. Daftar gaji itu paling awal bertahun 2002, sedangkan yang paling lama adalah tahun 2005. Itu klop dengan kesaksian rekan-rekan Ibrohim yang menyebut dia bekerja sebagai florist sejak empat tahun lalu.
Salah seorang teman Ibrohim, Andi Suhandi, menilai Ibrohim sangat jauh dari kesan sadis seperti halnya watak pembunuh yang tega menghilangkan nyawa. "Orangnya baik sekali," kata Andi di depan Hotel Ritz-Carlton (23/7).
Andi pernah tinggal bersama Ibrahim di kontrakannya, Jalan Exauri, Kuningan Timur. "Tapi, pada Mei, dia pindah ke kawasan Condet. Saya tidak tahu persis. Katanya rumah kakaknya," ujarnya. Selama mereka tinggal bersama, tidak ada aktivitas Ibrahim yang dirasakan aneh. "Cuma berangkat kerja, pulang kerja, kadang-kadang pulang ke Kuningan tempat istrinya. Itu aja," tuturnya.
Di tempat mereka bekerja, yakni Chynthia Florist, perusahaan yang menyuplai kebutuhan bunga Ritz-Carlton dan JW Marriott, Ibrohim juga dikenali sebagai sosok yang tidak banyak omong. "Dia bukan tipe orang yang gampang marah," katanya. Sejak nama Ibrohim disebut terkait dengan pengeboman, pintu kantor Chynthia Florist di Plaza Mutiara Suit 103, samping JW Marriott, selalu ditutup. "Kami belum tahu kapan bukanya. Nunggu pengumuman," katanya.
Setelah bom di Ritz-Carlton dan JW Marriott meledak Jumat lalu (17/7), Ibrahim, perawat dan tukang tata bunga, seperti lenyap bersama
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408