Menelusuri Jejak-Jejak Komunisme di Ulan Bator, Mongolia

Patung Lenin dan Monumen Soviet Tetap Berdiri Tegak

Menelusuri Jejak-Jejak Komunisme di Ulan Bator, Mongolia
Monumen Zaisan Hill untuk mengenang komunisme di Ulan Bator, Mongolia. Foto : Farid Fandi/Jawa Pos
Benar kata Tseyee, dari puncak bukit itu pemandangan Kota Ulan Bator begitu cantik. Perbukitan, gedung-gedung, serta rumah-rumah tradisional warga Mongolia tampak apik, ditambah Tuul River yang mengalir di pinggiran Ulan Bator.

 

Menurut mahasiswi Jurusan Bahasa Inggris, Otgontenger University (perguruan tinggi swasta paling elite di Mongolia, Red) itu, pemerintah memang berupaya menjaga keutuhan momunen tersebut meski kini sudah berganti rezim. Selain Momumen Patung Genghis Khan dan lapangan utama tengah kota Ulan Bator Sukhbaatar Square, Zaisan Memorial menjadi salah satu objek wisata andalan Mongolia.

   

Di pusat Kota Ulan Bator, patung Vladimir Ilyich Ulyanov alias Lenin, pendiri Republik Federasi Sosialis Soviet, masih tegap berdiri. Tidak hanya satu, tetapi dua buah. Yang satu, satu badan penuh. Satu patung lagi hanya kepala.

 

Iklim demokrasi mulai bersemi di Mongolia pasca runtuhnya Uni Soviet pada 1990. Sistem satu partai yang hanya mengizinkan berdirinya Partai Rakyat Mongolia (Mongolian People"s Party/MPP) sudah dihapus. Meski begitu, pengaruh Partai Rakyat Revolusioner Mongolia (Mongolian People"s Revolutionary Party/MPRP), turunan MPP, masih sangat kuat. Partai itu masih berhaluan komunis. Namun, kekuasaan MPRP akhirnya juga habis pada Agustus lalu.

 

Hingga 1990, Mongolia berada di bawah pemerintahan komunis. Jejak-jejaknya sampai kini masih terlihat, meski eranya telah berubah. Wartawan Jawa

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News