Menelusuri Jejak Perang Dingin di Checkpoint Charlie, Berlin

Tetap Dijaga Dua "Tentara" yang Selalu Ngajak Foto

Menelusuri Jejak Perang Dingin di Checkpoint Charlie, Berlin
BERSEJARAH: Pos Checkpoint Charlie di Friedrichstadt, Berlin, Jerman. Dulu menyeramkan, kini menyenangkan. (Salsabyl A’dn/jawa pos)
Berlin mungkin bukan kota teramah bagi turis asing. Namun, ibu kota Jerman itu masuk 50 besar kota turisme terbaik di dunia. Salah satu andalannya adalah puing-puing Tembok Berlin. Wartawan Jawa Pos SALSABYL A"DN awal bulan lalu berkesempatan mengunjungi Checkpoint Charlie, salah satu pintu masuk ke sektor Amerika saat Tembok Berlin masih berdiri.

---

PAGI pukul 10.00 di Friedrichstadt, Berlin, Jerman, udara masih terasa sangat dingin. Hari itu (9/3) suhu di luar rumah 1-2 derajat Celsius, membuat kulit seperti membeku. Namun, kondisi tersebut seolah tak berpengaruh pada sejumlah orang yang hilir mudik di persimpangan antara Jalan Zimmerstrasse dan Friedrichstrasse. Tidak sekadar hilir mudik, mereka juga jeprat-jepret pemandangan di kawasan legendaris itu.

Masih terlihat "jejak-jejak" peninggalan Amerika di sudut-sudut jalan tersebut. Ada gambar tentara Amerika yang menghiasi tiang-tiang listrik. Ada juga papan pengumuman berukuran besar dalam empat bahasa: Inggris, Rusia, Prancis, dan Jerman. Bunyinya: Ini adalah perbatasan Amerika, penggunaan senjata saat tak bertugas dilarang, patuhilah peraturan lalu lintas.

Berlin mungkin bukan kota teramah bagi turis asing. Namun, ibu kota Jerman itu masuk 50 besar kota turisme terbaik di dunia. Salah satu andalannya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News