Menelusuri Jejak Perang Dingin di Checkpoint Charlie, Berlin

Tetap Dijaga Dua "Tentara" yang Selalu Ngajak Foto

Menelusuri Jejak Perang Dingin di Checkpoint Charlie, Berlin
BERSEJARAH: Pos Checkpoint Charlie di Friedrichstadt, Berlin, Jerman. Dulu menyeramkan, kini menyenangkan. (Salsabyl A’dn/jawa pos)
Sulit rasanya membayangkan titik tersebut pernah menjadi salah satu tempat paling mengerikan di dunia. Checkpoint Charlie dibangun pada 1961. Lokasi tersebut merupakan salah satu di antara tujuh pintu masuk perbatasan Jerman Timur dan Jerman Barat yang dibatasi Tembok Berlin. Tembok Berlin dibangun untuk memisahkan wilayah Jerman yang memiliki paham berbeda. Jerman Barat menganut paham liberal, sedangkan Jerman Timur berpaham sosialis.

Kedua Jerman mempunyai pendukung yang sama-sama kuat. Jerman Timur didukung negara komunis Uni Soviet (kini Rusia, Red) dan antek-anteknya. Sementara itu, Jerman Barat mendapat sokongan dari tiga negara sekutu, yakni Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat.

Yang membuat Checkpoint C, sebutan Checkpoint Charlie, terkenal daripada yang lain adalah lokasinya yang berbatasan langsung dengan sektor Amerika. Lokasi tersebut menjadi salah satu pusat konfrontasi antara dua kekuatan perang terbesar pada era perang dingin. Pasalnya, Amerika adalah penggerak utama sekutu dalam perang dingin melawan Uni Soviet dan antek-anteknya.

Belum lama didirikan, Checkpoint Charlie sudah memancing ketegangan. Pada 22 Oktober 1961 kedua pihak bersitegang karena diplomat AS diperiksa tentara Jerman Timur saat hendak menonton opera. Lima hari kemudian tank dari kedua pihak bersiap 100 meter dari perbatasan. Untung, ketegangan itu mereda setelah terjadi pembicaraan antara Robert F. Kennedy, pengacara militer AS, dan Georgi Bolshakov, agen rahasia Uni Soviet, KGB.

Berlin mungkin bukan kota teramah bagi turis asing. Namun, ibu kota Jerman itu masuk 50 besar kota turisme terbaik di dunia. Salah satu andalannya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News