Menelusuri Penyebab Tingginya Angka Kematian Anak Akibat Virus Corona di Indonesia

Inovasi anak bangsa di tengah pandemi COVID-19

Sejumlah ilmuwan serta beberapa warga Indonesia telah menghasilkan penemuan berbasis teknologi untuk membantu tenaga kesehatan dalam menangani penularan virus corona.
Di luar rendahnya cakupan imunisasi nasional, hasil penelitian terbaru dari organisasi 'Save the Children' mencatat cakupan imunisasi diprediksi akan menurun lagi hingga 30 persen karena COVID-19.
Akibatnya, 10 juta anak berpotensi tidak mendapatkan imunisasi sehingga jutaan anak akan rentan terhadap berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti tuberkulosis, campak, dan pneumonia.
"Jika imunisasi kita secara nasional turun menjadi di bawah 50 persen, bisa dibayangkan tahun 2021 nanti seluruh wabah penyakit akan timbul semua," kata dr Aman, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Dr Aman juga mengingatkan kebutuhan anak dalam masa tumbuh kembangnya sangat berbeda dengan orang dewasa.
"Anak bukan miniatur orang dewasa. Mereka punya kebutuhan yang berbeda, karena fisiknya masih bertumbuh dan berkembang, demikian pula otaknya."
Tiga tahapan pelonggaran di Australia

Pelonggaran aturan pembatasan pergerakan aktivitas di Australia akan dilakukan secara bertahap.
Tak cukup menunda masuk sekolah
Memasuki masa pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar, yang disebut di Indonesia sebagai 'new normal', rencana pembukaan kembali sekolah membuat resah sebagian besar masyarakat.
Seorang bayi laki-laki berusia sembilan bulan di Mataram, Nusa Tenggara Barat, yang sebelumnya dinyatakan positif tertular virus corona meninggal dunia Rabu pekan lalu (27/05).
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Gus Sholeh: Indonesia Butuh Generasi untuk Masa Depan yang Gemilang dan Cerah
- Realitas Utang
- Babak Baru Perang Dagang Dunia, Indonesia Jadi 'Sasaran Empuk'
- Gempa Myanmar, Indonesia Kirim Bantuan Tahap Tiga