Menelusuri Perjuangan Petani Indonesia demi Secangkir Kopi Warga Australia

Menelusuri Perjuangan Petani Indonesia demi Secangkir Kopi Warga Australia
Australia telah diakui dunia sebagai salah satu negara yang menyajikan kopi terenak. (Facebook: The Little Man Coffee)

Nilai jual tinggi ini mencerminkan ada usaha yang lebih banyak dilakukan petani untuk memproduksi kopi arabika dari tanaman yang harus dirawat secara teratur.

Menelusuri Perjuangan Petani Indonesia demi Secangkir Kopi Warga Australia Photo: Sri Wahyuni mengatakan kopi arabika populer di Gayo karena mudah diproduksi dan harganya lebih tinggi. (Koleksi pribadi)

 

Di lahan perkebunannya yang tidak mencapai satu hektar, Sri mengatakan dapat menghasilkan Rp5-6 juta sekali panen.

Menurut Sri, pendapatan tersebut seharusnya bisa lebih tinggi. Tapi karena ia baru pindah ke Banda Aceh, perkebunannya kini dikelola keluarganya dan hasil panennya tidak sempat diolah.

"Kalau diolah menjadi bubuk kopi, hasilnya lumayan, bisa dijual sampai Rp300 ribu per kilo. Tapi kalau gelondong, 10 liter hanya dapat uang Rp10 ribu," kata Sri.

Menelusuri Perjuangan Petani Indonesia demi Secangkir Kopi Warga Australia Photo: Produksi kopi arabika di Indonesia hanyalah 27,16 persen, bila dibandingkan dengan robusta yang mencapai 72,84 persen. (Foto: Alan Schaller, Union Hand-Roasted Coffee))

 

Pengaruh perubahan cuaca di perkebunan kopi

Sri yang juga pengacara menghabiskan hampir seluruh hidupnya di lingkungan perkebunan kopi di Gayo milik keluarganya, yang berumur 40 tahun.

"Keluarga besar saya di Gayo dan semuanya adalah petani kopi," kata Sri yang juga seorang aktivis lingkungan.

Biji kopi asal Indonesia sudah dijual dan dihidangkan menjadi secangkir espresso atau cappucino di banyak negara, termasuk di kota Melbourne yang terkenal akan budaya 'ngopi'-nya

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News