Menelusuri Perjuangan Petani Indonesia demi Secangkir Kopi Warga Australia

Nilai jual tinggi ini mencerminkan ada usaha yang lebih banyak dilakukan petani untuk memproduksi kopi arabika dari tanaman yang harus dirawat secara teratur.

Di lahan perkebunannya yang tidak mencapai satu hektar, Sri mengatakan dapat menghasilkan Rp5-6 juta sekali panen.
Menurut Sri, pendapatan tersebut seharusnya bisa lebih tinggi. Tapi karena ia baru pindah ke Banda Aceh, perkebunannya kini dikelola keluarganya dan hasil panennya tidak sempat diolah.
"Kalau diolah menjadi bubuk kopi, hasilnya lumayan, bisa dijual sampai Rp300 ribu per kilo. Tapi kalau gelondong, 10 liter hanya dapat uang Rp10 ribu," kata Sri.

Pengaruh perubahan cuaca di perkebunan kopi
Sri yang juga pengacara menghabiskan hampir seluruh hidupnya di lingkungan perkebunan kopi di Gayo milik keluarganya, yang berumur 40 tahun.
"Keluarga besar saya di Gayo dan semuanya adalah petani kopi," kata Sri yang juga seorang aktivis lingkungan.
Biji kopi asal Indonesia sudah dijual dan dihidangkan menjadi secangkir espresso atau cappucino di banyak negara, termasuk di kota Melbourne yang terkenal akan budaya 'ngopi'-nya
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Gegara Membawa Sabu-Sabu, Petani Ditangkap Polres Flores Timur
- Mentan: Pengamat Rugikan Negara Rp5 Miliar Bukan Sosok Asing, Guru Besar
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia