Menelusuri Sisa-Sisa Kejayaan Lan Fang, 'Republik' Pertama di Indonesia (2)
Air Kolam di Kelenteng Dulu Berkhasiat, Kini Tak Terawat
Jumat, 17 Agustus 2012 – 00:01 WIB
Kepalanya plontos dengan baju tradisional Tiongkok, namun tetap berwibawa karena lukisan tersebut menunjukkan sikap tegap Lo Fang Pak. Lukisan paling besar diletakkan di tengah-tengah altar. Diapit patung Dewi Kwan Im dan Guan Yu, tiga Shu bersaudara dari kisah tiga kerajaan.
Sama dengan lampion di depan, rata-rata kondisi lukisan dan patung tersebut berdebu. Begitu juga altar dan lantai-lantainya. Tjong Yu Fei berdalih kondisi itu terjadi karena sepinya pengunjung. "Saat ulang tahun, tempat ini kami bersihkan dan dipersiapkan dengan baik," tegasnya.
Meski menjadi penjaga, dia selalu menggelengkan kepala saat ditanya lebih dalam tentang Lo Fang Pak. Dia mengaku tak tahu pasti kisahnya. Yang jelas, konon kelenteng itu merupakan bekas kantor kongsi Lan Fang. "Tidak, saya tidak tahu banyak tentang kisahnya," terangnya.
Penjaga terdahulu juga tidak pernah bercerita banyak tentang Lo Fang Pak. Kalaupun ada sekelumit kisah yang diketahui, Tjong Yu Fei menyebut Lo Fang Pak adalah orang yang hebat. Bahkan, para pengikutnya sampai sekarang masih kerap datang ke kelenteng tersebut dan memberikan sumbangan.
Buktinya, untuk perayaan ulang tahun ke-274 saja, kelenteng tersebut menerima bantuan hingga Rp 74 juta. Bagi dia, angka tersebut sangat fantastis untuk kelenteng tersebut. "Daftar penyumbang biasanya kami tulis dan tempelkan di tembok," terangnya seraya menunjukkan rekap keuangan di tembok.
Saking besarnya kekuasaan Lan Fang, dia menyatakan bahwa rumah-rumah warga itu berada di atas tanah kelenteng. Rumah peribadatan itu disebutkan memiliki ukuran segi empat dengan luas yang cukup lumayan. Tjong Yu Fei menyebut demikian karena tak tahu pasti luas kelenteng.
Tidak hanya itu, dengan bersemangat, dia mengungkapkan bahwa tempatnya mengabdi punya keistimewaan lain. Apalagi kalau bukan fisik dan ornamen kelenteng tersebut. Meski tak ada catatan resmi, dia berani menegaskan bahwa semua masih asli. "Terutama bagian altar, tidak pernah diubah," ujarnya.
Selama hidupnya, Tjong Yu Fei mengaku tak pernah melihat adanya rekonstruksi di kelenteng tersebut. Begitu juga dari cerita orang tuanya, dirinya tak pernah mendengar adanya pekerjaan membenahi kelenteng.
Mengumpulkan mozaik tentang Lo Fang Pak, pendiri Republik Lan Fang di Kalbar, tidaklah mudah. Jauhnya generasi dan kurangnya kepedulian membuat peninggalan
BERITA TERKAIT
- Trisya Suherman: Lukisan Go Green Taruparwa Bisa jadi Penyemangat Para CEO
- Halaman Belakang
- WNA China Tewas Kecelakaan di Sungai Musi, Dokter Forensik Ungkap Temuan Ini
- Bertemu Pengusaha RRT, Presiden Prabowo: Kami Ingin Terus Bekerja Sama dengan China
- Temui Para Taipan Tiongkok, Prabowo Amankan Investasi Rp 156 Triliun
- Titik Pulang