Menengok Dapur Masjid Istiqlal Menyiapkan 3 Ribu Kotak Makan Buka Puasa

Pencicip Masakan Andalkan Pegawai yang Berhalangan

Menengok Dapur Masjid Istiqlal Menyiapkan 3 Ribu Kotak Makan Buka Puasa
Juru masak Masjid Istiqlal menyiapkan masakan untuk buka bersama, Minggu (21/6). Mereka memerlukan waktu setengah hari untuk memasak. Foto: Bayu Putra/Jawa Pos

’’Tahun lalu, kami juga menghadirkan menu ikan. Tetapi, banyak yang tidak suka. Mungkin karena amis,’’ kata Kepala Unit Tata Boga Koperasi Karyawan Masjid Istiqlal Hasanuddin.

Karena itu, tahun ini pihaknya hanya menyediakan menu ayam dan telur. Masakan yang dipilih sengaja dibuat yang berjenis kering agar tidak mudah basi. Yang dimasak dulu tentu saja nasi, baru ayam. Siangnya, baru proses finishing. Misalnya, menggoreng ayam atau tumis buncis untuk sayurnya. Diharapkan, waktu matangnya masakan tidak terlampau jauh dari waktu berbuka.

Rata-rata dalam sehari Koperasi Istiqlal menghabiskan 400 kilogram beras, 400 kilogram ayam, 200 kilogram telur, serta 200 kilogram sayuran. Bahan-bahan masakan tersebut dibeli di pasar tradisional terdekat. Salah satunya Pasar Senen.

Selain itu, tutur Hasanuddin, pihaknya harus menyetok 28 tabung elpiji ukuran 12 kilogram untuk tiga hari. Sebab, dalam sehari, mereka biasanya menghabiskan 9–10 tabung elpiji. Mereka tidak ingin kehabisan gas saat memasak.

Hasanuddin mengaku cerewet dalam urusan kualitas masakan. Dia tidak ingin mengecewakan orang yang memakan masakannya. Karena itu, dia selalu berupaya agar masakan yang disediakan untuk berbuka puasa enak dan bergizi. Misalnya, bila masakan ayamnya tampak kurang kecap atau nasinya ternyata kurang matang, dia akan meminta para juru masak untuk membereskan.

Apalagi dalam tiga hari pertama puasa tahun ini, masakan buka bersama itu merupakan sumbangan Kerajaan Arab Saudi, Bulan Sabit Merah, dan Yayasan Khalifah bin Zayed An Nahyan bersama Kedutaan Besar Uni Emirat Arab. Karena itu, dia tidak ingin masakan tersebut disajikan dalam kondisi apa adanya.

Meski demikian, dia tetap bisa memahami bila masakan yang diolah para juru masak Istiqlal belum sempurna. ’’Kalau misalnya kurang asin, mohon dimaklumi karena seluruh juru masaknya juga berpuasa dan jumlah yang disajikan banyak,’’ lanjut pria kelahiran 1974 tersebut.

Untuk pencicip masakan, Hasanuddin kerap meminta tolong para pegawai perempuan yang kebetulan sedang ’’berhalangan’’ sehingga tidak berpuasa. Hanya, hal itu tidak mungkin dilakukan setiap hari karena tidak semua pegawai perempuan berhalangan. ’’Biasanya mereka memberikan masukan, ini kurang garam atau kecapnya perlu ditambah dan sebagainya,’’ tuturnya.

Bagaimana Masjid Istiqlal menyiapkan ribuan takjil dan makanan untuk buka bersama setiap hari? Siapa orang-orang ’’penting’’

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News