Mengajar Demi Pendidikan Anak Indonesia di Malaysia
jpnn.com - "Saya menjadi guru di tanah rantau, karena saya ingin anak Indonesia di Malaysia menjadi anak yang cerdas"
Kalimat sederhana ini terlontar dari bibir Bibiana Pulo Beda (44), seorang guru asal pulau Adonara, Flores Timur, NTT yang menjadi guru di Keningau, Sabah Malaysia. Perempuan bertubuh kurus kecil ini tidak pernah terpikirkan sebelumnya untuk menjadi guru. Jiwanya terpanggil sebagai guru setelah melihat kenyataan pemerintah Malaysia tidak lagi mengizinkan anak Indonesia mengenyam pendidikan di negara itu. Kecuali jika berganti kewarganegaraan.
Laporan: Natalia Laurens-Jakarta
Melihat keterpurukan anak-anak yang kehilangan masa sekolah, akhirnya Bibiana dan enam rekannya membentuk sebuah sekolah, Budi Luhur 01 di Keningau, Sabah.
"Di sekolah kami ada tujuh guru. Dulu kami hanya ada 40 siswa, sekarang kami bisa mendidik 589 siswa anak Indonesia," tutur Bibiana pada JPNN di kompleks Istana Negara, Jakarta, (20/8).
Enam guru yang membantu Bibiana di antaranya Lusia Lou Beda, Yohana Bala Tokan yang sekampung dengannya, Sukiraman dari Buton, Sulawesi Tenggara, Nurokhman dari Jakarta, Reida dari Toraja, dan Sukirman dari Pulau Lembata, NTT. Ia mengaku, mereka saling menyemangati dalam mendidik anak-anak yang berjumlah tidak sepadan dengan jumlah tenaga pendidik.
Dengan jumlah tenaga pendidik yang kecil, Bibiana mengaku berbagi tugas mengajar semaksimal mungkin dengan rekan-rekannya. Ia mendapat tugas mengajar dari pukul 07.00 hingga pukul 12.00 dari kelas I hingga kelas 5 di sekolah dasar. Setelah satu jam beristirahat, ia kembali melanjutkan mengajar hingga pukul 17.00 di SMP. Jam penuh mengajar itu, tidak membuat Bibiana lelah. Malam hari, setelah beristirahat sebentar, ibu dua anak ini melanjutkan mengajar tenaga kerja Indonesia (TKI) yang buta huruf.
"Siswa kami semua orang Indonesia. Kebanyakan dari NTT dan Sulawesi. Kami bahagia bisa membuat mereka pintar," sambungnya sambil tersenyum.
"Saya menjadi guru di tanah rantau, karena saya ingin anak Indonesia di Malaysia menjadi anak yang cerdas" Kalimat sederhana ini terlontar
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara