Mengambil Risiko Tertular Virus Corona dengan Ikut Mencoblos Pilkada 2020

Mengambil Risiko Tertular Virus Corona dengan Ikut Mencoblos Pilkada 2020
Warga diberikan sarung tangan dalam simulasi Pilkada yang digelar di Yogyakarta pada 21 November lalu. (Kompas.com, Markus Yuwono)

"Ketika mereka menjalankan tugas di rumah sakit, mereka terlindungi dengan penggunaan alat kesehatan," kata Arief di Kantor KPU Pusat, Jakarta, pekan lalu (03/12).

Hal serupa bakal berlaku bagi mereka yang tengah isolasi mandiri.

"Kami bisa mengatur waktu pukul 12.00-13.00 WIB untuk bisa mengirimkan petugas ke rumah-rumah untuk bisa melayani pemilih tersebut," kata Komisioner KPU, Evi Novida Ginting.

Selain itu, di setiap TPS juga disediakan bilik khusus untuk mereka yang suhu tubuhnya lebih dari 37,3 derajat celsius.

Risiko datang ke tempat pemungutan suara

Menanggapi adanya TPS keliling di tempat isolasi dan bilik khusus, Dr Windhu menilainya sebagai usaha KPU untuk memfasilitasi mereka yang ingin menggunakan hak pilihnya tetapi dalam kondisi sakit.

"Memang tidak boleh ada orang yang kehilangan hak pilihnya karena sakit. Tetapi saat petugas masuk ke ruang isolasi, ia harus menggunakan APD."

"Yang berbahaya dan berisiko adalah saat mereka melepas hazmatnya. Kasus paling banyak penularan COVID-19 pada tenaga kesehatan terjadi saat membuka hazmat, di ruang ganti."

"Membuka hazmat yang benar ini harus dilatih. Saya tidak tahu apakah ada pelatihan untuk para petugas ini untuk membuka APD sesuai SOP [prosedur operasi standar]. Saya belum pernah dengar ada pelatihan itu," kata Dr Windhu.

Hari ini adalah pencoblosan Pilkada yang keempat kalinya untuk Ronny Kuncoro, warga Sawangan, Depok, Jawa Barat

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News