Mengapa Australia Akan Melakukan Referendum Terkait Warga Aborigin?

Untuk mengatasi ini, maka diusulkan adanya 'voice' atau "suara" berupa perwakilan dari warga Pribumi Australia, yakni warga Aborigin dan warga Kepulauan Torres Strait.
Diharapkan perwakilan tersebut bersuara atas apa yang terjadi pada mereka, menentukan nasib mereka sendiri, yang dianggap sebagai salah satu cara terbaik untuk menutup kesenjangan hidup antara warga Pribumi dengan warga lainnya.
"Kita tahu dari bukti-bukti yang ada, yakni kehidupan orang-orang dapat ditingkatkan ketika mereka berbicara. Inilah pentingnya suara," kata Profesor Marcia Langton, penulisan laporan 'voice'.
Sebenarnya, upaya untuk memberikan suara kepada warga Pribumi sudah ada sejak lama.
Seperti di tahun 2017, ketika para pemimpin komunitas warga Pribumi berkumpul di Kawasan Australia Utara yang mencoba membuat sebuah rencana untuk meningkatkan kehidupan mereka.
"Harus ada beberapa perubahan mendasar dalam hubungan kita. Australia harus mendengarkan kami demi kebaikan," ujar Bibi Pat Anderson, Penulis Pernyataan Uluru.
Apa saja yang akan disuarakan?
Setelah pembicaraan yang cukup lama, akhirnya ada konsensus dalam bentuk tulisan dengan sekitar 400 kata, yang menguraikan apa-apa saja yang perlu diubah menurut warga Pribumi Australia.
Intinya ada tiga hal yang dikemukakan, yakni 'voice' atau suara, 'treaty' atau perjanjian, serta 'truth' atau kebenaran.
Apakah Australia perlu mengubah konstitusi untuk memastikan warga Pribumi Australia, yakni masyarakat Aborigin dan Torres Strait Island, memiliki suara berupa perwakilan di konstitusi?
- Dunia Hari Ini: Tiongkok Akan 'Melawan' Tarif yang Diberlakukan Trump
- Dunia Hari Ini: Serangan Israel Tewaskan 32 Warga Gaza dalam Semalam
- Dunia Hari Ini: Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol Diturunkan dari Jabatannya
- Babak Baru Perang Dagang Dunia, Indonesia Jadi 'Sasaran Empuk'
- Dunia Hari Ini: Barang-barang dari Indonesia ke AS akan Dikenakan Tarif 32 Persen
- Warga Indonesia Rayakan Idulfitri di Perth, Ada Pawai Takbiran