Mengapa Australia Akan Melakukan Referendum Terkait Warga Aborigin?

Mengapa Australia Akan Melakukan Referendum Terkait Warga Aborigin?
Ada usulan untuk mengubah konstitusi Australia terkait masa depan warga Pribumi Australia dan untuk mengubahnya perlu dilakukan referendum. (ABC News: Angelica Silva)

Tujuannya agar mereka menjauh dari organisasi-organisasi yang sering kali bertindak mengatasnamakan warga Pribumi Australia, sehingga warga bisa berbicara atas nama mereka sendiri.

Kelompok-kelompok lokal dan regional itu akan menjadi suara nasional, 24 orang yang berbeda yang mencakup 35 wilayah, lima di antaranya akan mewakili masyarakat di kawasan terpencil, serta tiga orang dari Kepulauan Selat Torres,

Kelompok suara lokal dan regional yang memutuskan siapa yang akan berada di tingkat nasional, kemudian tiap-tiap kelompok suara bekerja satu sama lain di semua tingkat pemerintahan yang berbeda, dari Federal hingga di daerah lokal.

Dengan adanya kelompok perwakilan ini, diharapkan maka mereka akan dilibatkan sejak awal saat pemerintah membuat kebijakan yang memengaruhi warga Pribumi.

Tapi, 'voice' atau "suara" itu tidak akan memiliki kekuatan untuk menghentikan kebijakan dan undang-undang yang sudah disepakati parlemen.

Selain itu, secara teori, saran apa pun yang diberikan kelompok warga Pribumi dapat diabaikan, jadi belum tentu dimasukkan atau dipertimbangkan pemerintah ke dalam undang-undang.

Tetapi, mengingat akan ada banyak konsultasi yang dilakukan dengan warga Pribumi, setidaknya menjadi titik awal untuk apa pun yang akan diajukan ke parlemen.

Butuh berapa banyak orang yang menyetujui?

Para pakar di Australia mengatakan agar sesuatu bisa melewati referendum, biasanya harus didukung oleh 90 persen masyarakat. Apalagi pertimbangan orang pun bisa berubah di masa kampanye.

Apakah Australia perlu mengubah konstitusi untuk memastikan warga Pribumi Australia, yakni masyarakat Aborigin dan Torres Strait Island, memiliki suara berupa perwakilan di konstitusi?

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News