Mengapa Dampak Virus Corona Lebih Parah di Negara-negara Barat?
Sebaliknya, Inggris memiliki tingkat pengujian yang relatif rendah yaitu 8.200 per juta populasi atau kira-kira setengah dari Singapura yang melakukan 16.203 tes per sejuta orang, menurut Worldometer, sebuah situs web yang mengumpulkan statistik coronavirus.
Menurut BBC, pengujian juga belum tersedia bagi kebanyakan orang. Kriteria kelayakan dites hanya baru-baru ini saja diperluas di luar pekerja kesehatan menjadi pekerja garis depan lainnya seperti polisi, petugas pemadam kebakaran dan petugas penjara.
'Rela menyerahkan diri pada pemimpin'
Photo: Negara-negara di Asia sedang bersiap untuk menghadapi apa yang disebut gelombang kedua wabah corona. (AP: Gemunu Amarasinghe)
Ada juga faktor lain mengapa banyak negara Asia bisa menangani pandemi secara lebih efektif, seperti faktor budaya dan politik.
Lee Sung-yoon, seorang profesor hubungan internasional di Tufts University, mengatakan tradisi Konfusianisme di negara-negara, seperti China, Korea Selatan, dan Singapura memberi "tangan yang lebih bebas dalam menjalankan otoritas sebagai negara paternalistik" selama keadaan darurat.
"Dalam peradaban Konfusianisme … penghormatan terhadap otoritas, stabilitas sosial, konformitas, kebaikan masyarakat dan bangsa yang ada di atas individualisme … adalah faktor perbaikan dalam masa krisis nasional," katanya
"Kebanyakan orang rela menyerahkan diri pada pemimpin dan sedikit mengeluh."
Amerika Serikat, Italia, Spanyol, Perancis, dan Britania Raya telah mengambil alih posisi China dengan jumlah kasus dan angka kematian akibat virus corona tertinggi dunia
- Apakah Bentrokan Indonesia dengan Kapal Tiongkok di Laut China Selatan Pertanda Konflik?
- Jenazah WHV Asal Indonesia Belum Dipulangkan, Penyebab Kecelakaan Masih Diselidiki
- Dunia Hari Ini: Ratusan Warga Sudan Meninggal Akibat Serangan Paramiliter
- Prabowo Targetkan Indonesia Swasembada Pangan, Bagaimana Reaksi Australia?
- Dunia Hari Ini: Calon Pengganti Pemimpin Hizbullah Tewas Dibunuh
- Dunia Hari Ini: Respon Inggris Setelah Senator Aborigin Sebut Charles 'Bukan Raja Kami'