Mengapa Harus Ada Perebutan Peringkat Ketiga di Piala Dunia?
“Biasanya, perebutan tempat ketiga memberikan catatan kaki belaka, atau paling tidak untuk memutuskan siapa yang lebih baik dari dua semifinalis yang dikalahkan oleh dua tim terakhir yang tersisa di turnamen," kata seorang peneliti ekonomi budaya dan politik sepak bola di Universitas Solent, Southampton, David Webber.
"Paling tidak, penebusan. Kesempatan untuk merayakan pencapaian mencapai Top 4," imbuh Webber.
Faktanya, enam dari tujuh pertandingan medali perunggu sejak 1994, selalu lahir tiga gol atau lebih.
Perunggu Piala Dunia sejak 1994:
- USA 1994: Swedia 4-0 Bulgaria
- France 1998: Kroasia 2-1 Belanda
- South Korea-Japan 2022: Turki 3-2 Korea Selatan
- Germany 2006: Jerman 3-1 Portugal
- South Africa 2010: Jerman 3-2 Uruguay
- Brasil 2014: Belanda 3-0 Brasil
- Rusia 2018: Belgia 2-0 Inggris
- Qatar 2022: Kroasia vs Maroko
Menghibur bukan? Tidak ada ruginya menyaksikan pertemuan tim pesakitan di semifinal.
Terbukti, mereka masih mau menyerang lawan demi perunggu.
Gagasan medali perunggu itu sendiri datang dari olimpiade.
"Piala Dunia sangat dipengaruhi oleh olimpiade yang ideologinya selalu ada emas, perak, dan perunggu,” kata akademisi bisnis olahraga di Universitas Manchester, Paul Widdop.
Perebutan tempat ketiga Piala Dunia adalah permainan yang sebenarnya tidak ingin dimainkan oleh tim mana pun.
- Pelatih Bahrain Menantikan Duel Melawan Timnas Indonesia
- Mengintip Peluang Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026, Seberapa Dekat?
- Indonesia vs Arab Saudi: Aksi Marselino Ferdinan Menghidupkan Nyawa Garuda
- Indonesia vs Arab Saudi: Kans Eliano Reijnders Starter?
- Timnas Indonesia vs Arab Saudi: Garuda Menantang Elang Hijau Rasa Lama Bernuansa Baru
- Indonesia vs Arab Saudi: Siapa Penggawa Garuda Paling Berbahaya versi Herve Renard?