Mengapa Orang Suka Jastip dan Apakah Itu Merugikan Negara?

Berawal dari jastip dalam negeri
Devi Fajar mulai menekuni jastip @abestall dari tahun 2014.
Saat itu kebanyakan merk-merk pakaian dan perlengkapan anak dari luar negeri hanya tersedia di Jakarta, sehingga warga yang berada di luar Jakarta, bahkan di luar pulau Jawa, menjadi target pelanggannya.
Baru setahun terakhir Devi mulai berbelanja dan menerima layanan jastip di negara-negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura.
"Biasanya yang dititip itu 'Smiggle', karena harganya tuh bisa jauh banget dengan di Indonesia, lalu sepatu-sepatu ... karena banyak yang enggak masuk Indonesia, ... ada juga brand Malaysia, 'Poney', yang dulu sempat masuk Indonesia cuma sekarang udah enggak ada lagi."
Menurut Devi, selain harga beli, komponen lain yang menentukan harga jual barang jastipnya adalah ongkos kirim dan biaya operasional selama dia berbelanja.
"Ya [marginnya] mungkin Rp100 ribu sampai Rp300 ribu per piece."
Sama seperti Jessica, setelah Devi berbelanja, ia mengirimkan semua belanjaannya lewat kargo, bukan membawanya sendiri atau 'hand-carry' ke dalam kabin pesawat.
Dewi Permata Sari, atau akrab dipanggil Ata, adalah salah satu konsumen jastip Devi. Ia mengaku memiliki enam jastip favorit yang sudah menjadi langganannya.
Ide Jessica Chen memulai layanan jasa titip, atau jastip, barang-barang dari Australia didapatnya malah saat dia kembali ke tanah air, setelah dua tahun pernah tinggal di Melbourne.
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya