Mengapa Orang Suka Jastip dan Apakah Itu Merugikan Negara?

Alasan Ata memilih berbelanja melalui jastip adalah karena ada barang-barang yang tidak dijual di Indonesia, atau jika pun tersedia di Indonesia harganya jauh lebih mahal.
"Biasanya jastip barang-barang dari Singapore karena diskonnya lebih menggiurkan ... atau beli bumbu masak dari Bangkok atau Malaysia, seperti misalnya bumbu Tom Yam."
Tak hanya itu, ia juga senang melakukan transaksi jastip, karena ada sentuhan personal yang bisa berinteraksi langsung dengan penjual, berbeda dengan belanja online biasa.
'Daripada bagasi kosong'
Lain pula jenis jastip yang ditawarkan Dira, yang meminta nama aslinya disamarkan.
Perempuan yang tinggal di Melbourne ini telah menawarkan jastip 'hand-carry' setiap ia pulang ke Indonesia atau kembali ke Melbourne sejak sebelum pandemi COVID-19.
"Saya punya ide jastip itu karena melihat banyak peminatnya di sini, sementara bagasi saya sering kosong."
"Jadi daripada kosong, bagasi yang sudah saya bayar ke maskapai ini mungkin bisa dipakai untuk mereka yang memang perlu."
Tahun ini, Dira menarik pengganti ongkos bagasinya sebesar A$20 (sekitar Rp207 ribu) per kilogram dari barang yang dititipkan kepadanya.
Ide Jessica Chen memulai layanan jasa titip, atau jastip, barang-barang dari Australia didapatnya malah saat dia kembali ke tanah air, setelah dua tahun pernah tinggal di Melbourne.
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya