Mengapa Orang Suka Jastip dan Apakah Itu Merugikan Negara?

Mengapa Orang Suka Jastip dan Apakah Itu Merugikan Negara?
Titipan belanja dari Australia kebanyakan berupa vitamin yang harganya lebih murah dari di Indonesia. (Foto: Jessica Chen)

"Kalau tidak bayar bea masuk seolah-olah barangnya lebih murah. Kan tidak fair makanya itu harus kita jaga," ucapnya.

Tapi bagi para penyedia layanan jastip, seperti Jessica dan Devi, mengaku tidak merugikan negara dan telah mengikuti prosedur yang resmi. 

"Saya merasa tidak merugikan negara karena jastip saya ini bayar pajak, karena saya diurus kargo ... saya ibaratnya terima bersih, karena saya bayar kargo dan kargonya yang ngurus ke bea cukai ... harusnya ada dealing tersendiri dengan bea cukainya," kata Jessica.

"Kalau enggak, bagaimana mungkin kan bisa lewat begitu saja ini barang semua?"

"Banyak yang menawarkan jasa kargo, dari Australia, Amerika, Singapura, [tarifnya] sekian per kilo .. nah itu sudah include semuanya, door-to-door, jadi kita tahu beres saja, ... dan aku declare apa isi kargo aku, enggak ada yang aku tutup-tutupi," ujar Devi yang sekali kirim kargo beratnya antara 80 sampai 100 kilogram.

Soal prosedur barang jastip bisa sampai ke tangannya langsung, Ata mempercayakan pada toko jastip dengan harapan "amanah dan menaati aturan."

Jika, mengacu ke penuturan Jessica dan Devi, jastip mereka membayar pajak, lantas jastip yang seperti apa yang dianggap "merugikan negara?"

Direktur Komunikasi dan Bimbingan Pengguna Jasa Bea Cukai Kementerian Keuangan, Nirwala Dwi Heryanto, menjelaskan.

Ide Jessica Chen memulai layanan jasa titip, atau jastip, barang-barang dari Australia didapatnya malah saat dia kembali ke tanah air, setelah dua tahun pernah tinggal di Melbourne.

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News