Mengapa Orang Suka Jastip dan Apakah Itu Merugikan Negara?
Ia mengaku terbantu dengan keberadaan jastip jual bagasi, terutama saat perbatasan Australia ditutup karena pandemi.
"Ongkosnya lebih murah, cepat, dan aman karena sudah pasti sampai."
"Kalau lewat pos, kita pernah di-tax oleh Pos Indonesia ... kalau dihitung-hitung [nilai barangnya] total A$50 (sekitar Rp507 ribu), tax-nya Rp900 ribu, jauh banget ... itu pengalaman yang terburuk."
Yuniar Aristia, warga Indonesia lainnya, juga sependapat soal alasan murah dan cepat, sehingga memlih jastip jual bagasi.
Menurutnya, ongkos kirim dari Indonesia ke Australia pun masih lebih murah dibanding menggunakan Pos Indonesia.
"Tarifnya dari Indonesia ke Australia Rp400 ribu per kilo ... jadi kalau masih ada space di bagasinya, mengapa tidak?"
"Jadi jastip ini menurut saya win-win solution," tutur alumnus RMIT Melbourne yang kerap mengirim vitamin dan buku.
Tak heran, mereka pun mempertanyakan 'kerugian negara' akibat jastip bagasi ini.
Ide Jessica Chen memulai layanan jasa titip, atau jastip, barang-barang dari Australia didapatnya malah saat dia kembali ke tanah air, setelah dua tahun pernah tinggal di Melbourne.
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata