Mengapa Orang Suka Jastip dan Apakah Itu Merugikan Negara?
"Ngerugiin di mananya? Yang dititip kan bukan narkoba atau barang yang dilarang negara, tapi sesuatu yang akan berguna dipakai oleh keluarga," kata Martina.
"Apa enggak boleh bawa oleh-oleh untuk keluarga? Mau barang bekas atau baru kan itu urusan kita," tambahnya.
"Kenapa sih harus dibatasi bagasi untuk warga negaranya? Kalau mau dipajak, boleh, tapi yang masuk akal ... dan hasil pajak itu ke mana? Sampai ke rakyat apa enggak?"
Menurunkan tarif dan 'strict' pada aturan
Menurut Yuniar, jika pemerintah ingin serius mengurangi jastip ilegal, ada baiknya dimulai dengan mengevaluasi kinerja Pos Indonesia.
"Mungkin tarif pengirimannya bisa diturunkan dan tarif bea cukainya bisa dikurangi, jadi orang lebih mau menggunakan jasa Pos Indonesia."
Yuniar mengaku pernah diminta membayar bea cukai Rp600 ribu untuk vitamin seharga A$100 yang ia kirim untuk orangtuanya saat pandemi.
Komentar yang senada disampaikan oleh Devi Fajar.
"Sebenarnya kan orang itu jastip ke luar negeri karena dia cari barang yang enggak ada di Indonesia, atau meski pun ada, harganya lebih murah [dari harga Indonesia]."
Ide Jessica Chen memulai layanan jasa titip, atau jastip, barang-barang dari Australia didapatnya malah saat dia kembali ke tanah air, setelah dua tahun pernah tinggal di Melbourne.
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata