Mengapa Tiongkok Melulu?
Lalu saat sering ke Amerika saya banyak menulis tentang Amerika. Saya begitu kagum pada Amerika. Itu di tahun 1984.
Pertama kali saya ke sana. Saat umur saya yang 33 tahun. Diundang oleh pemerintah Amerika. Untuk melihat apa saja di sana. Bebas. Silakan mengajukan daftar keinginan.
Waktu itu saya baru dua tahun memimpin Jawa Pos. Asyik-asyiknya melakukan perombakan: cara mencari berita, cara melihat angle peristiwa, cara menulis berita, caya melayout halaman, cara jualan koran, cara menjadi agen dan seterusnya.
Umur 33 tahun (dan sekitarnya), adalah memang puncak seorang manusia. Ambisi besar, mimpi besar, fisik kuat, bisa bekerja 16 jam sehari, dan bisa tidak tidur dua hari dua malam.
Semuanya demi membangun mimpi. Apalagi kesempatan ada. Peluang tersedia. Wewenang sepenuh-penuhnya.
Begitu mendapat undangan ke Amerika itu saya berfikir: bisakah perusahaan ini saya tinggal selama sebulan? Relakah saya meninggalkannya?
Saya sendiri waktu itu tidak sekadar bekerja. Tapi juga mendidik. Membina. Mendampingi wartawan dan redaktur. Agar mampu menghasilkan karya jurnalistik yang baik dan modern.
Mereka bukan hanya karyawan tapi juga murid saya. Sampai hatikah saya meninggalkan murid-murid itu selama sebulan?