Mengatasi Punggung Sumatera yang Mahal
Kamis, 06 Oktober 2011 – 06:39 WIB
Sudah lama kota-kota kecil di Bengkulu Selatan itu menderita. Bahkan, masyarakat Kota Binahun pernah sangat marah. Membakar kantor PLN setempat berikut pembangkit listriknya. Sambil singgah untuk menyaksikan puing-puing akibat pembakaran itu, saya mendengarkan kisah pilu petugas PLN setempat. Terutama mengenai seorang istri petugas PLN yang sedang hamil delapan bulan yang harus bersembunyi di kolong tempat tidur untuk menghindari hujan batu. Dia sendirian di rumah itu karena suaminya sedang mencari bantuan ke kantor polisi.
Enam bulan lagi kota tersebut akan mendapat listrik dengan kualitas yang cukup baik. Sebab, proyek transmisi dari Pagar Alam di Sumsel ke Kota Manna sudah hampir selesai. Memang ada dua kendala yang berat, tapi dalam diskusi di perjalanan itu ditemukan cara mengatasinya. Yusuf Miran yang memimpin pembangunan tersebut punya usul yang jitu, yang langsung saya setujui untuk dilaksanakan. Maka, akhir Desember nanti proyek itu selesai.
Mendengar kabar baik tersebut, bupati Bengkulu Selatan yang mencegat saya di pinggir jalan sebelum masuk Kota Manna langsung mengumpulkan pemuka masyarakat di pendapa kabupaten. Saya diminta menyampaikan kabar tersebut langsung kepada tokoh-tokoh setempat.
Bupati itu memang harus bekerja keras. Terpilih jadi bupatinya saja dengan susah payah. Itulah pilkada kabupaten kecil yang diikuti oleh sembilan pasang calon. Pilkadanya pun sampai tiga kali, bahkan nyaris empat kali. (*)
MENYUSURI punggung pegunungan Bukit Barisan di pantai barat Sumatera pada Minggu dan Senin lalu (2 dan 3 Oktober 2011), saya terus terpikir betapa
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi