Mengejar Bayangan yang Melelahkan
Minggu, 26 September 2010 – 00:44 WIB
Dari Gorontalo kami harus ke Buol yang baru saja rusuh itu. Masalahnya: istirahat dulu di Gorontalo atau langsung ke Buol. Hari sudah senja. Cahaya kuning yang tadi terlihat menyiram laut sudah menjadi hitam. Kalau bermalam di Gorontalo waktu terbuang. Kalau jalan terus, medannya berat. Jalannya sempit, bergunung-gunung dan banyak yang belum beraspal. Apalagi hujan baru saja turun.
Terus!
Ternyata benar. Mobil harus sering berkubang dengan Lumpur. Ada yang harus copot celana panjang untuk membuat parit sodetan. Anggota rombongan yang lain mengurangi air genangan dengan memfungsikan tangannya sebagai timba. Untungnya teman-teman sub ranting di sebuah kecamatan terpencil itu menyiapkan masakan yang menurut saya luar biasa enaknya: ikan kerapu dan ikan bawal yang dibakar dengan pas dan dengan sambal yang istimewa. Di sini ikan memang sangat segar. Inilah makan paling enak yang saya nikmati sepanjang perjalanan ini. Sayangnya istri saya mabuk. Tidak bisa ikut menikmatinya.
Pukul 00.30 kami tiba di kota kecil Palele. Kaget. Banyak orang berkumpul di pinggir jalan di malam yang gelap dan dingin itu. Ternyata para kepala desa dan camat setempat sengaja menghadang kedatangan kami. Oh, pak bupati Buol juga ada di situ. Hebat sekali bupati ini. Tengah malam masih mau menunggu seseorang yang jabatannya hanya Dirut PLN. Saya didaulat untuk berhenti dan mendengarkan apa keinginan mereka.