Mengejar Bayangan yang Melelahkan
Minggu, 26 September 2010 – 00:44 WIB
Di kota kecil ini listrik ternyata hanya menyala 6 jam saja sehari. Mulai jam 18.00 sampai jam 00.00. Mereka minta agar listrik bisa menyala 24 jam. Saya sangat terharu melihat tekad mereka yang tulus itu. Masyarakat Buol memang sedang bangkit untuk maju. Inisiatip daerah itu sangat besar tanpa harus selalu menunggu uluran tangan pihak luar. Mereka membangun pelabuhan, dan bandara sendiri. Juga menyiapkan lahan untuk diberikan kepada PLN kalau mau membangun pembangkit di sana. Maka kami memprogramkan (saya membedakan antara program dan janji) tepat tanggal 1 Januari 2011 nanti listrik di Paleleh harus menyala 24 jam.
Ketika azan subuh mulai berkumandang di masjid kampung yang sesekali kami lewati kami belum juga tiba di Buol. Berarti sudah 12 jam perjalanan ini. Mobil memang termehek-mehek. Di jalan yang mulus pun tidak bisa lari kencang. Penyebabnya lain lagi: sapi. Di bagian-bagian jalan yang mulus ternyata dipakai tidur sapid an kambing.
Sapi-sapi dan kambing-kambing itu memenuhi sepanjang jalan beraspal. Rupanya aspal lebih hangat untuk tidur malam. Saya tidak ngedumel melihat ini. Saya berpikiran positif. Berarti wilayah ini tidak miskin. Berarti wilayah ini aman tenteram. Begitu banyak sapi dan kambing yang tiduran di sepanjang jalan. Ribuan. Tidak ada yang berminat mengangkutnya barang satu ekor sekali pun!
Matahari sudah hamper terbit ketika rombongan masuk kota Buol. Jam 07.00 saya sudah berjalan kaki ke pelabuhan. Ini memang kebiasaan lama saya. Setiap mengunjungi sebuah daerah untuk pertama kalinya saya selalu memerlukan melihat pelabukannya. Ini untuk melihat prospek ekonomi ke depan wilayah itu. Ini penting untuk menetapkan perencanaan listrik ke depan.