Mengejar Bayangan yang Melelahkan

Mengejar Bayangan yang Melelahkan
Mengejar Bayangan yang Melelahkan
Saya memang menginginkan sebuah perencanaan listrik yang tuntas. Bukan perencanaan yang sifatnya mengejar ketertinggalan. Inilah yang dialami PLN  sekarang. PLN selalu ketinggalan di belakang, lalu mengejar, ketinggalan lagi, lalu mengejar. Itu pun tidak terkejar. Terengah-engah. PLN seperti terus-menerus mengejar bayangan. Akibatnya bisa lelah. Frustrasi. Masa bodoh.

Maka daerah seperti Buol, yang pelabuhannya dibuah besar, yang bandara barunya terus dipepanjang, yang perkebunan sawit dan cokelatnya terus dipacu harus dibangun pembangkit yang sifatnya tidak lagi mengejar bayangan.

Sore itu juga kami sudah bisa tiba di Palu. Kebetulan ada pesawat kecil hari itu. Turun di Bandara Mutiara Palu saya lihat ada seseorang berbandan pendek, berkulit hitam, berbaju merah berada di tengah-tengah teman-teman PLN yang menyambut kedatangan saya. Orang itu menyalami saya dan berkata: terima kasih Pak Dahlan, kalau PLN tidak bisa menyelesaikan krisis listrik di Palu Juni lalu saya tidak akan jadi walikota lagi. Oh, dia itu walikota Palu.

Krisis listrik yang berpuluh-puluh tahun di Palu memang selalu jadi bahan kampanye Pilkada. Rupanya, tepat menjelang Pilkada itu PLN berhasil menyelesaikan krisis listrik di Palu. Sebenarnya ini tidak ada hubungannya dengan Pilkada. Ada atau tidak ada Pilkada krisis harus diatasi.

SAYA senang bisa kembali melakukan perjalanan panjang seperti ketika muda dulu. Bedanya, dulu untuk menguber berita, kini untuk melihat sendiri proyek-proyek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News