Mengejar Bayangan yang Melelahkan
Minggu, 26 September 2010 – 00:44 WIB
Di Palu beberapa keputusan strategis juga dibuat: bagaimana agar transmisi 150 kv dari Tentena-Poso-Palu bisa selesai akhir tahun depan. Semula dianggap mustahil. Transmisi hamper 200 Km tidak akan bisa dikerjakan dalam waktu 16 bulan. Tapi ternyata ada saja jalan: proyek itu dipecah menjadi tiga paket tender. Masing-masing mengerjakan sekitar 65 km.
Dengan demikian maka akhir tahun depan ketergantungan Palu bisa hilang. Listrik yang dihasilkan oleh PLTA Danau Poso bisa dialirkan ke Palu dalam jumlah besar. Organisasi proyek pun akan disederhanakan. Tidak perlu punya banyak asisten manajer. Cukup Asmen administrasi/keuangan dan satu kordinator lapangan untuk masing-masing paket.
Tujuan berikutnya adalah Mamuju, ibukota propinsi Sulawesi Barat. Saya baru pertama kali ini ke Mamuju. Kaget. Ada hotel bintang empat yang masih baru. Pelabuhannya juga baru. Bandaranya juga baru. Sejak beberapa bulan lalu tidak ada krisis listrik di sini. Transmisi 150 kv yang menghubungkan Mamuju dan Makassar sudah selesai. Listrik bisa dikirim dari Makasar.
Bukankah Makassar sendiri krisis listrik? Itu dulu. Kini listrik untuk Makassar sudah cukup. Bahkan seperti yang saya lihat sendiri di control room sore itu, sudah punya cadangan listrik 108 MW. He he "tumben" Makassar kelebihan listrik. Sebuah tumben yang menyenangkan. Di Mamuju gubernur menyiarkan acara dialog. Intinya bagaimana agar potensi air di Mamuju bisa segera dimanfaatkan untuk pembangkit listrik. Saya pun ambil keputusan. Enam bulan lagi tender untuk PLTA Karamah (300 MW) di Mamuju harus sudah dilakukan.