Mengembalikan Senyuman Dan Keberanian Korban Pasca Bencana di Indonesia
Ia akhirnya berkesempatan untuk bertemu dengan relawan psikolog, Liza Marielly, yang datang bersama rombongan Sekolah Relawan. Dari Liza, Dian mengetahui adanya sesi penyembuhan trauma untuk korban bencana.
Ia-pun lantas membantu Liza menemui korban-korban lainnya yang tinggal di tenda pengungsian di sekitar Palu. Ia juga meminta ibunya untuk mengikuti penyembuhan trauma yang diadakan Liza.
"Saya tanya mama, 'gimana ma rasanya?' dia jawab 'ya sudah lumayan sudah bisa tarik nafas dulu kalau sudah mulai ketakutan'," ujar Dian menuturkan ucapan sang Ibu.
"Mama bilang dia diajarkan gerakan tangan supaya tetap tenang."
Liza, sang psikolog sendiri, bertugas di wilayah Palu dan Donggala selama sepekan. Sebagai satu-satunya psikolog dalam tim relawan yang diikutinya, tugas Liza cukup berat.
"Sehari saya bisa menangani 50-100 orang tergantung wilayahnya, karena di Palu ini orang nggak tinggal dalam tenda besar tapi mereka mengungsi berkelompok. Satu desa bisa mengungsi di tempat berbeda," ceritanya kepada ABC.
Banyak korban belum mengetahui tentang penyembuhan trauma. Berbicara dengan sosok psikolog seperti Liza adalah hal langka. Liza memutuskan untuk 'menjemput bola'.
Ia banyak berkomunikasi dengan korban anak, mengajaknya bermain dan bercerita.
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata