Mengenal RMP Sosrokartono, Sosok Intelektual dan Wartawan Perang Dunia I

Oleh Agus Widjajanto - Praktisi Hukum & Pemerhati Budaya

Mengenal RMP Sosrokartono, Sosok Intelektual dan Wartawan Perang Dunia I
Praktisi hukum dan pemerhati budaya Agus Widjajanto. Foto: Dokumentasi pribadi

Setelah bertemu guru spiritualnya, pandangan dan gaya hidup Sosrokartono berubah. Beliau meninggalkan seluruh harta dan jabatannya yang ada di Eropa dan memutuskan pulang untuk mengabdi kepada bangsanya.

Padahal, Mohammad Hatta dalam Memoir (1979) meyakini bahwa gaji yang diterima RPM Sosrokartono saat menjadi jurnalis The New York Herald Tribune dan penerjemah dari Liga Bangsa Bangsa sangat besar untuk ukuran zaman itu. Gajinya saat itu berkisar sekira USD1250.

Namun RMP Sosrokartono tetap memutuskan pulang sehingga para pejabat Pemerintah Hindia Belanda merasa curiga.

Bagaimana mungkin seorang Bangsawan Jawa yang sangat cerdas, menguasai 36 bahasa, dan mempunyai jaringan kuat di Eropa mau hidup di tanah kelahirannya.

Belanda curiga RMP Sosrokartono punya rencana untuk menggalang kemerdekaan. Oleh sebab itu, setiap saat para intel-intel Belanda selalu mengawasi, hingga akhirnya timbul inisiatif untuk menawarinya pekerjaan.

Akan tetapi Sosrokartono menegaskan penolakannya dengan alasan ingin mengajar bangsanya agar menjadi bangsa yang tetap punya karakter ketimuran .

Karena penolakannya tersebut, ia kemudian harus berurusan dengan Christiaan Snouck Hurgronje dan difitnah sebagai orang berpaham komunis.

Christiaan Snouck Hurgronje sendiri merupakan ilmuwan besar dan disebut-sebut sebagai mata-mata kolonial Belanda yang menyatu dengan masyarakat Nusantara demi berbagai informasi intelijen.

RADEN Mas Panji (RMP) Sosrokartono adalah seorang intelektual yang terkenal, baik sebagai mahasiswa maupun sebagai pekerja, wartawan peliput Perang Dunia I

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News