Mengenal Tukirin Partomihardjo, 34 Tahun Meneliti Biota Krakatau
Bertiga Nyaris Mati Dihujani Batu Berapi
’’Krakatau menjadi tempat yang tepat buat saya. Sebab, jenis tumbuhan di sana tidak terlalu kompleks karena suksesi awal itu,’’ jelasnya.
Pada perjalanan waktu, hampir setiap tahun Tukirin mengunjungi ’’kekasih hatinya’’ itu. Paling lama, kunjungannya ke Krakatau berjarak dua tahun. Selebihnya dilakukan hampir setahun sekali. Selama itu, Tukirin sering dimintai bantuan untuk mendampingi para peneliti dari berbagai negara.
’’Ada yang dari Kagoshima University di Jepang, ada yang dari Australia, serta dari Inggris seperti Oxford, Leeds, dan Nottingham. Lalu, dari Belanda, ada yang dari Utrecht University,’’ ungkapnya.
Mendampingi peneliti dari berbagai negara itu sekaligus menjadi sarana bagi Tukirin untuk ikut belajar. Tukirin banyak terinspirasi cara peneliti asing saat melakukan penelitian, yakni mereka memiliki target tinggi untuk bisa memublikasikan hasil karyanya. Keseriusan Tukirin itu berbuah ajakan dari Kagoshima University untuk melanjutkan studi doktoralnya di sana.
’’Saya menyelesaikan studi doktoral saya di Kagoshima University pada 1992 sampai 1995. Penelitian saya adalah studi biota Krakatau,’’ katanya.
Bagi Tukirin, ketertarikan dunia internasional terhadap Krakatau tampak seperti ironi bagi bangsa Indonesia. Hampir setiap tahun ada saja peneliti yang datang meminta pendampingan untuk meneliti biota Krakatau. Sementara itu, dari dalam negeri, relatif jarang atau hampir tidak ada penelitian berkelanjutan mengenai Krakatau. ’’Memang terkadang ada, tapi hanya temporer,’’ ujarnya.
Bukan hanya penelitian ilmiah, Krakatau tidak jarang menarik minat stasiun televisi internasional untuk diabadikan dalam film dokumenter. Dalam hal ini, lagi-lagi Tukirin juga diminta mendampingi. Sebab, sampai saat ini, hanya dialah orang Indonesia yang memiliki data biota lengkap anak Gunung Krakatau dari tahun ke tahun.
’’Di Krakatau itu terjadi penghancuran oleh alam sekaligus upaya perbaikan oleh alam yang terjadi berulang-ulang. Di daerah tropis, hal itu satu-satunya hanya terjadi di Krakatau,’’ tutur bapak dua anak itu.
Anak Gunung Krakatau merupakan salah satu fenomena yang menjadi perhatian dunia. Ratusan pakar pernah datang untuk meriset gunung berapi yang masih
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408