Mengenang Surat Ainun, Rudy Tertawa

Mengenang Surat Ainun, Rudy Tertawa
BERTAUT SEPANJANG HAYAT: Rudy Habibie dan Ainun beberapa saat setelah melangsungkan pernikahan pada 1962. Foto: DOKUMEN PRIBADI

Mendengar ucapan Rudy, Ainun hanya tersenyum. ”Mungkin Ainun kaget yah, orang yang dulu kurang ajar tetap saja kurang ajar. Dalam tulisan Ainun, dia menulis, saya tidak akan lupa kalau Rudy mengatakan saya gendut dan sebagainya,” kata Rudy, lalu tertawa mengenang kejadian itu.

Melihat Ainun yang dewasa, putih, dan cantik, Rudy mendadak jatuh cinta. Namun, eits, tunggu dulu. Rudy bukan satu-satunya pilihan. Banyak saingan. Karena tak sedikit yang tertarik dengan Ainun. 

”Yang suka sama Ainun lebih ganteng dari Habibie. Jelas lebih tinggi. Lebih tua dan tidak kalah pintar di bidang lain. Ada hukum, kedokteran, ekonomi,” ungkap Rudy. Mereka pun kerap datang ke rumah Ainun. Tidak sedikit juga yang menjemput Ainun di tempat kerjanya. 

Namun garis jodoh telah mempermudah Rudy dan Ainun menautkan hati. Tidak lama setelah pertemuan itu, mereka pun menikah pada 12 Mei 1962. Prosesi akad dilakukan di kediaman keluarga Ainun di Jalan Ranggamalela 11B Bandung. Sedangkan resepsinya digelar di Hotel Preanger.

Rudy kemudian memboyong Ainun ke Jerman untuk mendampinginya menyelesaikan pendidikan S3. Berbekal dua kopor pakaian, pasangan muda itu bertolak ke  Aachen, tempat Rudy menimba ilmu. Di sana mereka menyewa paviliun kecil dengan tiga kamar kecil. Ukuran boleh mungil, tapi biaya sewanya cukup mahal. Separuh gaji Rudy habis untuk membayar sewa.

Mereka pun harus hidup ngirit. Salah satunya dengan menekan pengeluaran membeli busana. Untuk pakaian kantor dan baju sehari-hari, Ainun menjahitnya sendiri. Dia juga membuat sendiri baju bayi dan pakaian musim dingin. 

Karena itu, saat punya uang lebih, mesin jahitlah yang pertama mereka beli. Biaya hidup di sana memang tidak murah. Ainun harus pandai-pandai mengatur keuangan agar semua kebutuhan bisa terpenuhi.

Ketika Ainun dinyatakan hamil, mereka memutuskan pindah ke tempat yang lebih lapang. Karena biaya sewa di Aachen yang cukup tinggi, keduanya memilih mencari tempat tinggal di pinggiran kota. 

SOSOK Bacharuddin Jusuf “Rudy” Habibie saat muda begitu tampan, jenius pula. Maka tak heran jika tidak sedikit perempuan yang ingin dekat-dekat

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News