Mengetuk Pintu Langit India dari Mumbai

Mengetuk Pintu Langit India dari Mumbai
Suasana TTF dan OTM di Bombai Exhibition Center di Mumbai, India, tadi malam.

Di dekatnya ada perempuan mencuci baju, dengan air yang sangat terbatas dan busa yang tak lagi berwarna putih. Trenyuh menonton pemandangan seperti itu. Jakarta, Surabaya, Makasar, Medan, Bandung, dan kota besar lain di Indonesia rasanya lebih oke.

Tetapi, di balik topeng buruk rupa itu ada juga orang yang sanggup mengintip potensi India dari angel yang lain. Kota dengan penduduk terbesar di dunia, 20 juta jiwa lebih ini, sedang berbenah habis-habisan. Infrastruktur di kompleks Chatrapati Shivaji International Airport Mumbai sedang proses konstruksi total. Akses Mumbai Barat-Utara-Tengah terus diperlebar, termasuk sea-link, jembatan mirip Suramadu yang panjangnya 5,3  kilometer, dan menghabiskan 347,2 juta dolar AS.

Lima tahun ke depan, Mumbai baru akan tampil dalam wajah yang amat berbeda. “Kami sudah meneropong peluang emas itu, India adalah pasar potensial yang belum dioptimalkan,” kata Noviendi Makalam, Direktur Pemasaran Luar Negeri, Direktorat Jenderal Pemasaran Kemenbudpar, saat ditemui INDOPOS di arena TTF-Travel and Tourism Fair dan OTM-Outbond Travel Mart di Bombai Exhibition Center, Mumbai, tadi malam.

Pria yang acap dipanggil Jambon –karena ayah Jambi, ibu Ambon, red—ini menyebut fakta lain, bahwa turisme dari Negeri Acha-Acha itu meningkat dari tahun 2009 sebesar 132.620 orang, menjadi 145.179 di tahun 2010. Itu jika dihitung dari orang yang masuk Indonesia dengan paspor India, berkewarga negaraan India, dan tercatat di imigrasi. Namun, kalau didasarkan Country of Residence (negara tempat tinggal), tahun 2008 ada 102.179 turis dan tahun 2009 menjadi 110.658 orang. “Naiknya cukup signifikan,” tutur Novie.

Ada satu fakta mencengangkan tentang India. Jumlah orang kaya di Asia Selatan itu sudah mencapai 350 juta orang. Itu artinya, 100 juta lebih banyak

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News