Menghabiskan 10 Malam Terakhir Ramadan di Jantung Kota Makkah
Dari pengalaman saya berbuka di Madinah, kita tidak perlu khawatir dengan makanan untuk berbuka. Banyaknya warga lokal yang menjadi donatur membuat Anda seperti tamu yang dimanjakan.
Tak jarang pula mereka akan menarik dan memaksa Anda untuk duduk di tempat dimana mereka yang menyediakan makannya. Setiap orang sepertinya berburu kebaikan untuk memberikan makanan berbuka.
Makanan apa yang akan didapatkan tergantung dari posisi dan rezeki tentunya. Kadang Anda bisa mendapat kurma jenis Sukari, bisa juga kurma Ajwa yang harganya lebih mahal, atau bahkan buah kurma yang masih segar dan berwarna hijau kekuningan.
Dan percayalah, tak perlu memakan nasi, perut sudah kenyang ketika saat berbuka makan lebih dari 7 butir kurma, ditambah roti dengan olesan keju dan secangkir kopi Arab yang kaya akan rempah.
Kalau Anda masih lapar, baru setelah taraweh Anda bisa membeli makanan atau menikmati makanan yang tersedia di hotel. Jajanan disini beragam mulai dari kebab, ayam bakar, atau Nasi Bukhari.
Itiqaf di Makkah
Photo: Malam Idul Fitri, dimana plaza menuju Kabah terlihat lebih lowong. (ABC News: Erwin Renaldi)
Tepat di malam ke-20 kami memasuki kota Makkah dan artinya langsung menjalankan ibadah umrah.
Tak tahu pasti berapa lama tepatnya perjalanan kami dari Madinah ke Makkah karena saya pulas tertidur. Tapi yang saya rasakan macet panjang menuju hotel kami yang letaknya sekitar 10 menit jalan kaki dari Masjdil Haram.
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Dunia Hari ini: Trump Bertemu Biden untuk Mempersiapkan Transisi Kekuasaan
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat