Menghalalkan Mariyuana
Oleh Dahlan Iskan
Nama obat itu CBD –ada yang cair tapi umumnya dijual dalam bentuk kapsul. Ada yang tujuannya untuk pengobatan, suplemen atau kecantikan.
Di masa pandemi ini mestinya lebih laris. Bisa untuk meredakan stres, tegang, dan panik.
Saya pernah ke toko obat di Amerika. Khusus untuk mengecek seberapa populer kapsul CBD itu. Ternyata banyak sekali jenisnya.
Warna kapsul CBD juga bermacam-macam. Sesuai dengan kegunaannya. Semuanya dijajar dipasang di rak toko itu. Semua bisa dibeli secara bebas.
Harga minyak CBD yang mahal itulah yang merangsang petani untuk mencoba bertanam mariyuana. Berdasar harga minyak CBD sekarang ini memang hasil bertani mariyuana bisa dua kali lipat dibanding berani gandum. Tentu hasil sebagus itu akan berubah manakala yang menanam mariyuana kian banyak.
Adakah legalisasi tanaman mariyuana ini akan berdampak kepada tanaman ganja di Aceh? Atau juga ke tanaman kademba alias kratom yang ada di Kaltim dan Kalbar?
Tentu saya tidak tahu. Bahkan saya jarang mendengar adanya kelompok atau organisasi yang memperjuangkan legalitas ganja di Indonesia. Atau jangan-jangan sudah ada, hanya saja saya tidak tahu.
Di Amerika, legalisasi mariyuana itu tidak lepas dari para pejuangnya. Terlalu banyak kelompok di sana yang ingin mariyuana dilegalkan. Bahkan didukung dengan kegiatan riset yang kuat. Adu ilmiah. Termasuk riset di bidang hukum dan sosial.