Mengharukan, Warga Dayak dan Madura Menangis

jpnn.com - KALANGAN seniman itu punya cara sendiri dalam menutup rapat konflik. Seperti bekas luka akibat permusuhan Suku Madura dan Suku Dayak di Sampit, Kalimantan Tengah, pada 2001 silam.
GHINAN SALMAN, Bangkalan
TRAGEDI berdarah 15 tahun silam seakan tidak pernah terjadi dan tidak akan ada lagi. Suku Madura dan Suku Dayak dapat bersatu.
Mereka melantunkan musik tradisional bersamaan dalam satu panggung. Begitulah suasana perdamaian dua suku dalam Jogja Sounds of Archipelago di Jogjakarta beberapa waktu lalu.
Pelaku musik khas Madura tampil berkolaborasi dengan pemusik tradisional khas Suku Dayak. Gabungan dua seni musik tersebut (Madura dan Dayak) mampu menghadirkan pertunjukan antik dan fenomenal.
Meski berbeda, perpaduan musik tersebut bisa berbunyi kompak dan indah. Dari saking padunya, seperti menegaskan sebuah janji bahwa Suku Madura dan Suku Dayak tidak akan pernah ada rasa permusuhan lagi.
Kekompakan dan kebersamaan dua suku lewat seni itulah yang mampu menghipnotis penonton. Bahkan, perpaduan musik tongtong, saronen dengan musik khas Dayak, membuat warga Dayak dan Madura terharu dan menangis.
”Saat kami tampil, semua penonton meneteskan air mata karena terenyuh. Sebab, melihat dua etnis bisa bersatu dalam musik yang mirip,” tutur Ketua Sanggar Tarara Bangkalan Sudarsono, Sabtu (6/8).
KALANGAN seniman itu punya cara sendiri dalam menutup rapat konflik. Seperti bekas luka akibat permusuhan Suku Madura dan Suku Dayak di Sampit, Kalimantan
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri