Menghidupkan Kembali Ekonomi Pantai Barat
Senin, 13 Mei 2013 – 01:10 WIB
ERNIE Djohan angkat telepon. "Saya harus hadir," ujarnya kepada General Manager Pelabuhan Teluk Bayur, Padang, Dalsaf Usman begitu mendengar pelabuhan itu akan mengadakan perhelatan besar: peresmian pelabuhan peti kemas, pekan lalu. "Saya itu "pemilik" Teluk Bayur. Masak gak diundang?" gurau penyanyi yang lahir pada 1951 tersebut. Padahal, gempanya beberapa kali. Peralatan PLTU baru yang sangat besar (2 x 100 MW) di Teluk Sirih, sekitar satu jam dari Teluk Bayur, misalnya, pernah tertahan berbulan-bulan karena kapalnya tidak bisa merapat di Teluk Bayur.
Dalsaf tidak hanya mengundang penyanyi Teluk Bayar itu, bahkan juga memintanya untuk menandai peresmian tersebut dengan cara mencelupkan dua telapak tangannya ke adonan semen sebagai prasasti. "Waktu Teluk Bayur saya nyanyikan, sama sekali tidak disangka kalau lagu itu akan top. Apalagi bisa membuat saya menjadi penyanyi Indonesia pertama yang memperoleh piringan emas," kata Ernie di atas panggung.
Baca Juga:
Saya juga tidak menyangka bahwa Pelabuhan Teluk Bayur bisa dimodernisasikan seperti sekarang ini. Di masa lalu pelabuhan ini terkenal dengan pelayanannya yang buruk. Kapal harus antre dua minggu. Apalagi waktu kawasan itu terkena gempa. Kapal-kapal barang kalah total dengan kapal yang membawa bantuan darurat.
Baca Juga:
ERNIE Djohan angkat telepon. "Saya harus hadir," ujarnya kepada General Manager Pelabuhan Teluk Bayur, Padang, Dalsaf Usman begitu mendengar
BERITA TERKAIT