Menghidupkan Kembali Ekonomi Pantai Barat
Senin, 13 Mei 2013 – 01:10 WIB
Banyak yang berpendapat bahwa Teluk Bayur baru bisa baik kalau dilakukan investasi triliunan rupiah. Tidak bisa kalau tidak dibangun dermaga yang baru. Tapi R.J. Lino, Dirut Indonesia Port Corporation (IPC) -nama baru PT Pelindo II (Persero)- yang membawahkan Teluk Bayur, berpendapat lain. Dia yakin Teluk Bayur bisa teratasi secara total kalau modernisasi peralatan dan manajemen dilakukan. Waktunya juga bisa lebih cepat karena dua hal: tidak perlu membangun dermaga baru dan tidak perlu antre anggaran APBN. IPC bisa mengusahakan dana sendiri sekitar Rp 800 miliar.
Baca Juga:
Tahun ini semuanya selesai. Gubernur Sumbar Prof Dr Irwan Prayitno, yang sejak awal mendesak BUMN untuk mengatasi Teluk Bayur, meresmikan modernisasi itu. Saya bersama Ernie Djohan, tokoh Sumbar Azwar Anas, R.J. Lino, dan empat operator crane pelabuhan mendampinginya.
Perubahannya memang drastis. Kini kapal sama sekali tidak perlu antre untuk masuk Teluk Bayur. "Zero waiting time," ujar Lino. Kapan saja kapal datang langsung bisa merapat. Inilah contoh penyelesaian masalah besar dengan biaya yang tidak terlalu besar: modernisasi manajemen dan peralatan. Semula banyak pengusaha yang meragukan.
Hari itu saya ajak tiga pengusaha dari Jakarta untuk membuktikannya. Begitu melihat peresmian tersebut, mereka langsung memutuskan: ekspor cangkang sawit ke Eropa langsung dari Teluk Bayur.
ERNIE Djohan angkat telepon. "Saya harus hadir," ujarnya kepada General Manager Pelabuhan Teluk Bayur, Padang, Dalsaf Usman begitu mendengar
BERITA TERKAIT