Menghindari Pernikahan Dini Bisa Mencegah Stunting

jpnn.com, PALANGKARAYA - Koordinator Bidang Kesehatan IKPMK Kominfo, Maroli J. Indarto mengatakan salah satu faktor dari mencegah stunting adalah menghindari perkawinan dini.
Menurut Maroli, hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena melihat fakta bahwa ada 1,2 juta anak Indonesia yang masih melakukan pernikahan dini.
Hal itu disampaikan Maroli dalam diseminasi informasi dan edukasi percepatan penurunan stunting bertajuk Kepoin Genbest: Cegah Stunting, Nikah Dini Bikin Overthinking, yang digelar pada Kamis (22/9), di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
“Kita berada pada peringkat 10 sebagai negara dengan perkawinan anak tertinggi,” ungkapnya.
Mereka yang menikah lebih dini tidak hanya perlu kesiapan secara struktur badan untuk melahirkan anak, tetapi lebih dari itu kepada kesiapan emosional, yakni bagaimana menyikapi kehidupan rumah tangga, bagaimana mengasuh anak, dan lain sebagainya.
Di sisi lain, pemerintah telah menetapkan bahwa usia pernikahan adalah minimal 19 tahun.
Sementara usia ideal menikah untuk perempuan adalah 21 tahun, dan untuk laki-laki 25 tahun dengan pertimbangan dari aspek fisik dan non-fisik.
Oleh karena itu, Kementerian Kominfo terus fokus terhadap pencegahan prevalansi stunting.
Menikah memerlukan komitmen dan tanggung jawab, sementara umur yang masih dini akan sulit jika dibebani tanggung jawab yang begitu berat.
- Pelindo Siap Dukung Pencegahan Stunting di Kota Kupang
- Peduli Kesehatan Mental Pelaut, PIS Gandeng Federasi Internasional
- Cegah Kasus Kesehatan Mental Lewat Platform Heroremaja Besutan Yayasan Plato
- PNM Gelar 'Madani Care Stunting' di Desa Towale, Donggala
- Soal Prevalensi Stunting, Sihar Sitorus Sebut Indonesia Perlu Belajar dari Peru
- Ribka Kritisi Penghentian Beasiswa: Masa Depan Dokter Dipersulit, Rakyat Ditumbalkan