Mengikis Kasta dengan Momentum Ekonomi

Mengikis Kasta dengan Momentum Ekonomi
Dahlan Iskan
Sampai sekarang para peneliti, Barat dan Timur, belum berhasil mengungkap dan menyepakati bagaimana sejarah lahirnya sistem kasta dulu. Dari berbagai literatur yang saya baca, termasuk yang saya pakai untuk bahan-bahan serial tulisan saya ini, tidak ada satu pendapat yang amat kuat mengenai asal-usul sistem kekastaan ini. Sistem empat kasta yang serupa sebenarnya terjadi juga di Iran (agamawan selalu dari kelompok Athravan, militer dari kelompok Rathaestha, pedagang dari kelompok Vastriya dan pekerja/petani dari kelompok Huiti), tapi mengapa hasilnya berbeda.

Ada yang menyebut awal mula terjadinya kasta-kasta itu akibat masuknya orang-orang yang berdarah Indo-Arya ke India dari wilayah barat laut. Inilah kelompok yang kemudian menempatkan diri sebagai lapisan teratas. Kelihatannya agak masuk akal karena selama itu pemilik darah Arya selalu merasa dirinyalah golongan tertinggi di dunia ini. Tapi, ada pendapat bahwa sebelum kedatangan mereka pun sebenarnya sudah ada sistem kasta itu di India Selatan, setidaknya dua kasta terbawah.

Penjajahan Inggris yang panjang (lebih dari dua abad) di India ternyata tidak bisa mengubah sistem ini. Bahkan, malah semacam meresmikannya karena ilmu Barat seperti statistik penduduk memerlukan penyebutan resmi. Bahkan lagi, dalam sistem penjajahan itu, menjadi resmilah bahwa kasta tertentu sama dengan pekerjaan tertentu.

Kini kita menyandarkan harapan pada percepatan kemajuan ekonomi akan mempercepat hilangnya sistem kasta itu. Setidaknya ’’menyembunyikannya’’ ke bawah karpet, sebagaimana di bagian-bagian lain di dunia ini, termasuk di masyarakat kita. Bukankah sikap menggolong-golongkan orang berdasar tuan, pembantu, pegawai, pedagang, dan les miserables (kaum jembel) sebenarnya masih terus terjadi sampai sekarang –termasuk di sekeliling kita sendiri? (bersambung)

KAPANKAH sistem sosial yang masih berkasta-kasta akan berakhir di India? Sehingga, kemajuan ekonominya yang pesat beberapa tahun terakhir ini bisa


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News