Mengikuti Ekspedisi Harta Karun di Dasar Laut Mentawai
Satu Guci Saja Bisa Bernilai Rp 200 Juta
Jumat, 29 Juni 2012 – 16:31 WIB
Menyusul penemuan sebuah kapal kuno, tim Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Benih Ikan Pantai (UPTD BBIP) Sikakap berupaya menguak kekayaan bawah laut Kepulauan Mentawai. Banyak artefak dengan nilai jual tinggi ditemukan. Diperkirakan ada ratusan kapal yang masih terkubur di sana.
ISWANTO J.A., Mentawai
SETELAH sekitar tiga jam menerobos gelombang laut setinggi 2 meter dan sempat pula dihajar badai, tiba-tiba Hardimansyah, ketua tim Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Benih Ikan Pantai (UPTD BBIP) Sikakap, Pagai Selatan, Kabupaten Mentawai, yang sejak semula mengutak-atik GPS (global positioning system) di tangannya berteriak keras, "Stop! Koordinat sudah tepat. Sekarang kita sudah berada di atas harta karun. Buang jangkar.
Harta karun yang dimaksud Mak Itam "sapaan akrab Hardimansyah" adalah lokasi kapal yang diperkirakan berasal dari abad ke-16. Tim penyelam BBIP awalnya menemukan pecahan keramik kebiru-biruan berbentuk unik saat bermaksud mengambil data kerusakan terumbu karang akibat gempa dan tsunami yang menerjang Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, pada 26 Oktober 2010.
Empat bulan berjalan, tim penyelam kembali turun ke lokasi penemuan pecahan keramik tersebut. Tim kembali berhasil menemukan beberapa benda kuno. Ternyata, benda-benda antik itu berada di atas kapal tua (satu kapal, bukan dua seperti yang termuat di Jawa Pos edisi 22/6) yang sudah tertimbun di dasar laut. Tak cuma keramik, tim juga menemukan benda kuno lain seperti guci, piring, koin logam, meriam, patung kepala Buddha, dan stempel dari kayu yang bertulisan tahun 1736.
Menyusul penemuan sebuah kapal kuno, tim Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Benih Ikan Pantai (UPTD BBIP) Sikakap berupaya menguak kekayaan bawah
BERITA TERKAIT
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah