Mengikuti Kereta yang Membawa 30 Napi Korupsi Jatim ke Lapas Sukamiskin, Bandung

Ke Toilet Dikawal, Gerbong Ramai saat Waktu Makan

Mengikuti Kereta yang Membawa 30 Napi Korupsi Jatim ke Lapas Sukamiskin, Bandung
BOYONGAN: Sebagian napi bersiap turun dari gerbong di Stasiun Bandung. Foto: Maya Apriliani/Jawa Pos
Selain warga umum dan wartawan, banyak keluarga napi yang bermaksud melepas kepergian orang yang mereka cintai. Begitu melihat barisan koruptor berkaus biru keluar dari bus menuju gerbong kereta, mereka berteriak-teriak memanggil nama napi.

Ada juga yang menangis. Sebagian lagi mengumandangkan takbir berkali-kali. Terlihat jelas kesedihan di wajah mereka. Apalagi, mereka tidak bisa mendekat karena aksesnya dibatasi. Mereka yang dipanggil namanya hanya bisa menoleh. Tanpa dapat melambaikan tangan. Mereka hanya bisa tersenyum dari kejauhan.

 

Begitu sampai di dalam gerbong, tali yang merangkai mereka dilepas. Satu per satu napi lalu menempati kursi yang telah disiapkan. Gerbong itu benar-benar steril. Baik dari penumpang umum maupun barang-barang yang "berbahaya". Selain itu, selama dalam perjalanan, gerbong tersebut dikunci rapat. Hanya satu pintu samping yang dibuka, tapi dijaga ketat petugas keamanan.

 

Mereka tidak bisa memilih tempat duduk sesuka hati. Jumanto, napi kasus Program Penanganan Sosial Ekonomi Masyarakat (P2SEM) Lumajang, duduk di kursi nomor 5D. Di sebelahnya (C) ada Totok Setyo, napi kasus korupsi dana kas daerah (kasda) Kabupaten Pasuruan. Khudlori, mantan kepala BPN Surabaya, juga duduk di deretan kursi nomor 5 (A). Dia berdampingan dengan Hamzar Bastian, napi korupsi Kasda Pemkab Situbondo yang selama ini ditahan di Lapas Madiun.

 

Tiga puluh narapidana kasus korupsi asal Jawa Timur dipindahkan ke Lapas Kelas I Sukamiskin, Bandung, Rabu (16/1). Selama 12 jam mereka menempuh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News