Mengintip Geliat Prostitusi di Bogor Jelang Lebaran
Ada PSK Spesial Ramadan, Panti Sosial Jadi Kendala
Selasa, 16 Agustus 2011 – 08:08 WIB
Shinta mengaku, pasca Idul Fitri, ia akan kembali ke ibukota untuk melakoni pekerjaannya sebagai PL yang sudah dua tahun dijalani. "Setelah Lebaran saya mau balik lagi ke Jakarta dan menjadi PL, kalau jadi wanita panggilan di sana uangnya lebih banyak. Karena, paling murah Rp500 ribu per kencan, tidak seperti di sini hanya Rp200 ribu. Saya juga tak tahu sampai kapan jadi PSK, jujur saya bingung harus kerja di mana," paparnya sambil menenggak segelas bir.
Lain di Puncak, lain pula di Kota Bogor. Kondisi ironi akan nampak saat sang surya mulai beranjak dari langit Bogor. Menyisiri jalan-jalan protokol, mulai Jalan Pajajaran, Suryakencana, Kapten Muslihat hingga menepi ke kawasan Tugu Kujang, hati seakan tertipu. Bogor bukanlah kota halal dan beriman. Bagaimana tidak, Ramadan yang harusnya dijadikan sebagai momen untuk berlomba-lomba mencari kebajikan, ternyata masih dimanfaatkan untuk berbuat zina.
Beberapa jalan yang seharusnya sepi dari kepungan PSK, saat ini masih saja beroperasi layaknya hari-hari biasa. Di Jalan Pajajaran misalnya. Jalan yang menjadi kebanggaan masyarakat Bogor ini biasa dikatakan tiada hari tanpa PSK dan waria. Beberapa titik seperti kawasan Tugu Kujang, sejak sepekan Ramadan, masih menjadi pangkalan hidup puluhan wanita jadi-jadian (waria, red). Umumnya, waria-waria ini adalah buangan dari wilayah luar Bogor.
Sebut saja Tini (30), nama samaran. Waria yang mengaku sudah lima tahun mangkal di kawasan Tugu Kujang ini bercerita, dahulu sebelum bekerja sebagai pemuas homoseks, ia adalah kuli bangunan di Jakarta Pusat. :Sudah lima tahunan, Mas. Dulunya saya sering mangkal di Stasiun Jakarta Kota, tetapi terus-terusan di razia,” ungkapnya.
Dunia prostitusi acap menyuguhkan fenomena unik. Pasalnya, saat semua PSK kawasan Puncak, Bogor, ramai-ramai pulang kampung, kupu-kupu malam musiman
BERITA TERKAIT
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala