Mengintip Sekolah Rahasia Untuk Anak-anak Pelaku Terorisme Di Indonesia
Itu adalah perubahan dramatis dibandingkan ketika Ayu pertama kali tiba di sekolah tersebut, dimana dia datang masih dalam kondisi dirawat lengannya yang patah akibat pemboman dan menyimpan aspirasi radikal yang ditanamkan oleh orang tuanya.
Pada hari orang tuanya meninggal, mereka tidak memberikan tanda-tanda perbuatan yang mereka rencanakan. Orang tua Ayu hanya memberi tahu bahwa mereka semua akan pergi untuk mengantarkan nasi uduk.
Ayu belum mengerti orang tuanya ingin membunuhnya juga.
Bahkan, dia berpikir ayahnya telah menyelamatkan ia dari ledakan itu.
"Ketika itu terjadi dia merasa bahwa dia didorong oleh ayahnya. Itu sebabnya dia terlempar dari sepeda," kata Sri.
Sekolah dirahasiakan
Ayu adalah satu dari 11 anak yang menjalani deradikalisasi di sekolah ini.
Salah satu teman sekelasnya, seorang bocah berusia tujuh tahun, kehilangan ayahnya dalam aksi tembak-menembak dengan polisi kontra-terorisme.
Tiga siswa lainnya menjadi yatim piatu ketika sebuah bom yang dirakit ayahnya secara tidak sengaja diledakkan di apartemen mereka di Surabaya, pada hari yang sama markas polisi kota itu menjadi sasaran.
- Dunia Hari Ini: Pemimpin Hizbullah Sebut Serangan Israel 'Deklarasi Perang'
- Dunia Hari Ini: Jutaan Data NPWP Diduga Bocor, Termasuk Milik Presiden Joko Widodo
- Dunia Hari Ini: Ledakan Massal 3.000 Penyeranta Hizbullah Tewaskan Sembilan Jiwa di Lebanon
- Dunia Hari Ini: Baku Tembak di Papua Menewaskan Puluhan Jiwa
- Bruce Christie dari Australia Raih Penghargaan karena Bantu Perkembangan Kriket di Indonesia
- Siswa Pendidikan Dokter Spesialis Dianggap 'Rentan' Dengan Ancaman Perundungan dan Senioritas