Mengintip Sekolah Rahasia Untuk Anak-anak Pelaku Terorisme Di Indonesia


Di ruang kelas yang lain, seorang pembuat bom berusia 16 tahun dan seorang yang ingin menjadi pelaku bom bunuh diri, juga berusia 16 tahun, duduk di kelas yang sama dengan petarung jalanan, pencuri, dan pelacur anak-anak.
Anak-anak radikal dianggap sebagai korban di sekolah. Identitas mereka dirahasiakan, bahkan dari teman sekelas mereka.
"Mereka akan dilihat oleh anak-anak lain sebagai anak yang bermasalah," kata kepala fasilitas Neneng Haryani.
"Ini untuk memastikan keselamatan mereka ... anak-anak ini harus tumbuh seperti anak-anak lain, tidak berbeda."
'Membangun kepercayaan'
Lokasi sekolah ini dirahasiakan. Beberapa penjaga yang menyamar berpatroli diperbatasan sekolah, dan jumlah penjaga ini akan ditingkatkan hingga puluhan jika terjadi sebuah insiden.
Sejauh ini 102 anak-anak yang dianggap radikal telah menuntut ilmu di sekolah ini. Sebagian besar dari mereka kini telah kembali ke komunitas mereka, setelah menjalani rehabilitasi.
"Yang paling penting di sini adalah proses membangun kepercayaan dengan mereka," kata Neneng.
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia