Mengintip Sekolah Rahasia Untuk Anak-anak Pelaku Terorisme Di Indonesia
Di ruang kelas yang lain, seorang pembuat bom berusia 16 tahun dan seorang yang ingin menjadi pelaku bom bunuh diri, juga berusia 16 tahun, duduk di kelas yang sama dengan petarung jalanan, pencuri, dan pelacur anak-anak.
Anak-anak radikal dianggap sebagai korban di sekolah. Identitas mereka dirahasiakan, bahkan dari teman sekelas mereka.
"Mereka akan dilihat oleh anak-anak lain sebagai anak yang bermasalah," kata kepala fasilitas Neneng Haryani.
"Ini untuk memastikan keselamatan mereka ... anak-anak ini harus tumbuh seperti anak-anak lain, tidak berbeda."
'Membangun kepercayaan'
Lokasi sekolah ini dirahasiakan. Beberapa penjaga yang menyamar berpatroli diperbatasan sekolah, dan jumlah penjaga ini akan ditingkatkan hingga puluhan jika terjadi sebuah insiden.
Sejauh ini 102 anak-anak yang dianggap radikal telah menuntut ilmu di sekolah ini. Sebagian besar dari mereka kini telah kembali ke komunitas mereka, setelah menjalani rehabilitasi.
"Yang paling penting di sini adalah proses membangun kepercayaan dengan mereka," kata Neneng.
- Dunia Hari Ini: Pemimpin Hizbullah Sebut Serangan Israel 'Deklarasi Perang'
- Dunia Hari Ini: Jutaan Data NPWP Diduga Bocor, Termasuk Milik Presiden Joko Widodo
- Dunia Hari Ini: Ledakan Massal 3.000 Penyeranta Hizbullah Tewaskan Sembilan Jiwa di Lebanon
- Dunia Hari Ini: Baku Tembak di Papua Menewaskan Puluhan Jiwa
- Bruce Christie dari Australia Raih Penghargaan karena Bantu Perkembangan Kriket di Indonesia
- Siswa Pendidikan Dokter Spesialis Dianggap 'Rentan' Dengan Ancaman Perundungan dan Senioritas