Mengritik para Pengritik SBY

Mengritik para Pengritik SBY
Mengritik para Pengritik SBY
SBY pun tidak nekad mengintenversi ketika besannya sendiri, Aulia Pohan tersandung kasus di BI yang berujung ke meja hijau dan akhirnya masuk bui. Perkara kemudian Aulia meraih remisi dan grasi, memang hukum acaranya masih berlaku. Sebagai wacana, pembatalan hak remisi dan grasi terhadap para koruptor tentu sangat menarik.

Sayangnya pemicu pelatuk pembatalan hak remisi dan grasi terhadap koruptor itu kemudian diam, bersamaan dengan bergulirnya isu-isu baru. Bukannya terus diperjuangkan melalui DPR dan lembaga penegakan hukum. Ini bisa menunjukkan kesan bahwa ide itu hanya sekedar letupan kritik, dan terasa syarat dengan muatan politik.

ooOOoo

Barangkali, SBY bukan seorang pemimpin yang bertipe pemberani. Sebagian pengamat menjulukinya sebagai peragu, to be or not to be bagai Hamlet dalam sandiwara Shakespeare tersebut. Tetapi ini pun masih dapat diperdebatkan. Benarkah pemberani sebagai satu syarat penting bagi seorang pemimpin sejati?

Kita ingat ketika Baharuddin Lopa menjadi Kepala Kejaksaan Tinggi di Sulawesi di era Orde Baru. Ia pernah menangani sebuah kasus korupsi yang nyaris melibatkan banyak pejabat di sana. Sehingga jika kasus itu bergulir ke meja hijau bisa berakibat macetnya roda pemerintahan.

SUDAH menjadi tunangan pemimpin yang berkuasa di era demokrasi selalu dikritik. Itulah dua sisi mata uang yang ditawarkan oleh demokrasi. Di satu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News