Menguak Proyek Raksasa Asahan

Memoar Bisuk Siahaan

Menguak Proyek Raksasa Asahan
Menguak Proyek Raksasa Asahan
JAKARTA- Bisuk Siahaan dan bendungan raksasa Asahan di Sumatera Utara, bagaikan dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Sejak riset awal, perundingan dengan pihak investor yang penuh liku-liku, hambatan politis, keuangan, dan sampai akhirnya proyek itu dibangun dan kemudian diresmikan hingga dioperasikan, Bisuk terlibat penuh. Ia jadi pelaku dan sekaligus saksi sejarah proyek besar yang mempunyai dampak positif bukan saja terhadap masyarakat sekitar, tapi juga Indonesia sebagai negara berkembang yang saat itu dipercaya investor.

"Memoar ini merupakan bukti otentik mengenai potensi alam dan keahlian anak bangsa dalam mewujudkan mimpi menyejahterakan rakyat serta menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia 40 tahun lalu mampu dan bisa membangun proyek besar terpadu," ujar Bisuk Siahaan, kepada wartawan, di Jakarta, Selasa (8/12).

Keterlibatan langsung Bisuk dengan proyek Asahan dimulai sejak dia lulus ITB dan masuk sebagai pegawai Departemen Perindustrian Dasar dan Pertambangan (Deperdatam). Dalam usia 26 tahun, Bisuk dipercaya menjadi Kepala Proyek Aluminium Asahan dengan tugas membangun Proyek Terpadu (integrated project) terdiri Pabrik Pengolahan Bauksit menjadi Alumina, Pabrik Peleburan (elektrolisa) Alumina menjadi batangan aluminium dan Pabrik Penggilingan Aluminium menjadi lembaran. Seluruh proyek itu memperoleh listrik dari Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) Sigura-gura di Asahan.

Mimpi mewujudkan proyek besar sempat kandas karena gejolak politik akibat G30/S PKI tahun 1965. "Proyek Asahan pun kena dampak dan likuidasi karena pemerintah menghadapi kesulitan keuangan. Padahal, sebelumnya pihak Uni Soviet tertarik, sudah melakukan survei dan menyatakan prinsip ok," jelas Bisuk.

JAKARTA- Bisuk Siahaan dan bendungan raksasa Asahan di Sumatera Utara, bagaikan dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Sejak riset awal, perundingan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News